TY - JOUR AU - Cokorda Putra AU - A.A.A. Cahaya Wardani PY - 2021/10/13 Y2 - 2024/03/28 TI - TIPOLOGI DAN BENTUK BANGUNAN PELINGGIH PADMASANA JF - Widya Teknik JA - WidyaTeknik VL - 12 IS - 01 SE - Articles DO - 10.32795/widyateknik.v12i01.2061 UR - https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/WidyaTeknik/article/view/2061 AB - Padmasana merupakan salah satu bentuk bangunan suci umat Hindu di Indonesia, dan di Bali pada umumnya berbentuk tahta batu segi empat dengan bagian puncaknya (sari) merupakan tahta (singgasana) tanpa atap yang menghadap ke depan Padmasana dinyatakan sebagai lambang makrokosmos (alam semesta) yang pada prinsipnya adalah pengejawantahan bhuana agung (alam raya), sebagai sarana menstanakan Hyang Widhi Wasa/Siwa Aditya Terminologi Padmasana mulai dikenal pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong sekitar abad ke-15 sejak kedatangan Danghyang Dwijendra atau disebut juga Danghyang Nirarta ke Bali. Pada saat itu beliau membawa misi "Ingin menyempurnakan konsepsi Tri Murti yang diajarkan Mpu Kuturan menuju ke arah konsepsi Tri Purusa" Tri Murti bersifat horizontal dengan Brahma-Wisnu-Siwa, sedangkan Tri Purusa bersifat vertikal dengan Parama Siwa-Sada Siwa, dan Siwa. Konsepsi Lingga yang dikenal sebagai perwujudan dari Siwa (Tuhan Yang Maha Esa) adalah lahir dari perpaduan kedua konsep ini Secara umum ada tiga tipologi padma, yaitu padma capah, padmasari dan padmasana. Padma capah memakai 2 tingkat palih) tanpa Bedawang Nala. Padmasari terdiri dari 3 tingkat palih) dan 1 rong tanpa bedawang Nala. Padmasana terdiri dari 5, 7, sampai 9 tingkat (palih) dengan menggunakan 1,2 dan 3 rong, sertadilengkapi dengan Bedawang Nala. ER -