ALIH FUNGSI LAHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI AGAMA DAN BUDAYA DI BALI

  • Ida Bagus Dharmika Universitas Hindu Indonesia
Keywords: tanah, budaya dan agama

Abstract

Konflik sosial budaya yang terjadi, baik dalam masyarakat manapun di dunia ini termasuk yang di berbagai daerah Indonesia dimulai oleh perebutan sumber-sumber daya alam. Apabila perebutan ini berjalan sesuai  aturan main  yang mereka anggap adil, maka konflik tidak terjadi. Namun, jika terjadi  sebaliknya, maka  konflik sulit dihindarkan. Perebutan  sumber daya alam (tanah)  yang mengabaikan nilai keadilan, nilai kejujuran dan nilai religius merupakan sumber konflik  yang tak bisa diabaikan. Persoalan tanah yang banyak beralih  fungsi di Kota Denpasar, menjadi halangan yang sangat besar dalam mewujudkan dan menjaga sumber air sawah agar tetap lestari dan mempengaruhi budaya dan agama (super struktur) yang dianut. Alih fungsi sawah menjadi restauran, pertokoan, jalan, pemukiman, perkantoran yang demikian cepat menyebabkan berkurangnya  penyerapan air ke tanah.  Air hujan  yang turun dari langit tidak  ‘transit’ di sawah-sawah, tegalan atau resapan, airnya kemudian langsung mengalir ke laut tanpa pernah kita manfaatkan sebagai air tawar, air bersih.  Persoalan tanah yang demikian besarnya beralih fungsi terutama di kota-kota besar  nantinya akan mempengaruhi budaya, dan agama (super struktur) yang dianut oleh masyarakat Bali.  

 

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2019-10-14
How to Cite
[1]
I. Dharmika, “ALIH FUNGSI LAHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EKSISTENSI AGAMA DAN BUDAYA DI BALI”, ds, vol. 19, no. 2, pp. 21-27, Oct. 2019.