INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEARIFAN LOKAL NGUPAH WAYANG
Abstract
Wayang merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Bali. Sebagai sebuah kesenian wayang tentunya memiliki nilai yang sarat dengan religiusitas. Wayang merupakan kesenian yang dapat dipentaskan sebagai wali, bebali dan balih-balihan. Dalam sejarahnya wayang telah ada sejak jaman dahulu sehingga wayang juga disebut sebagai kesenian klasik. Sebagai sebuah bentuk kesenian wayang juga terkena oleh dampak globalisasi. Hal ini dapat kita lihat dari minimnya masyarakat yang saat ini gemar menonton wayang, terkecuali dalam bentuk wayang sebagai wali. Padahal disisilain wayang juga memiliki nilai yang sangat penting yaitu sebagai media dalam pembentukan karakter bagi generasi muda. Melalui sisipan cerita yang diambil melalui itihasa wayang mencoba menguraikan tentang ajaran-ajaran agama dalam setiap pertunjukannya. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat di Kec. Banjar Kabupaten Buleleng kendatipun arus globalisasi melanda namun eksistensi pertunjukan wayang yang dibalut dalam tradiisi ngupah wayang masih terjaga. Hal ini dipercayai sebagai bentuk media internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter bagi mereka yang menanggap wayang.Dari latar belakang tersebut rumusan masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah 1) Mengapa tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter masih eksis dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Banjar? 2) Bagaimana bentuk tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter di Desa Banjar Kec. Banjar Kab. Buleleng? 3) Bagaimana implikasi dari tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter di Desa Banjar Kec. Banjar Kabupaten Buleleng? Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode kualitatif. Teori yang dipergunakan dalam membedah rumusan masalah adalah teori eksistensialisme, teori fungsional structural. Hasil penelitian ini adalah pentingnya kehadiran wayang sebagai media internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter adalah Atma sradha, tradisi, dan juga suah ujar (mesesangi), bentuk pendidikan karakter tertuang dalam lakon cerita, upakara, dan penglukatan.