https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/feed Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan 2024-12-01T23:52:37+00:00 I Gde Jayakumara, S.S.M.A paramita@unhi.ac.id Open Journal Systems <p><strong>Jurnal Dharmasmrti</strong>&nbsp;diterbitkan Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Jurnal Dharmasmrti dimaksudkan sebagai wadah bagi para akademisi/dosen untuk menuangkan pemikiran, ide, gagasan, hasil riset, sekaligus pengembangan wawasan keilmuan khususnya di bidang agama dan kebudayaan. Sebagai media informasi akademik, Jurnal Dharmasmrti menghadirkan ruang diskursus ilmiah, dialog akademik-teoretik, yang nantinya bisa digunakan dan dimanfaatkan sebagai referensi, rujukan penulisan ilmiah bagi para mahasiswa, dosen, dan insan akademis. Fokus dan ruang lingkup tematik Jurnal Dharmasmrti meliputi studi-studi agama dan kebudayaan.&nbsp;</p> <p><a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" rel="license"><img src="https://i.creativecommons.org/l/by-nc-sa/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License" data-pagespeed-url-hash="847749124"></a><br>This work is licensed under a&nbsp;<a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" rel="license">Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License</a>.</p> <p>JURNAL DHARMASMRTI, terindex:</p> <p><a href="http://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail?id=5369" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/040487/sinta_4_teranyar_pakai.png" width="156" height="94"></a></p> <p><a title="Google Scholar" href="https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&amp;user=VVdc3zUAAAAJ" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/puskom/GoogleScholar2.jpg"><br></a><a title="Indonesia One Search" href="http://onesearch.id/Search/Results?filter[]=repoId:IOS6310" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/puskom/onesearch.jpg"></a><a title="Crossref" href="https://doi.org/10.32795/ijiis.v1.i1" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/puskom/Crossreff.jpg"></a><a title="Neliti" href="https://www.neliti.com/id/journals/dharmasmrti" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/040487/neliti.jpg"></a><a title="Garuda" href="http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/view/13985" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/040487/garuda.jpg"></a><a title="OCLC" href="https://www.worldcat.org/search?q=on:DGCNT+https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/oai+dharmasmrti+IDHIN&amp;qt=results_page" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/040487/OCLC.jpg"></a><br><a title="DOAJ" href="https://doaj.org/toc/2620-827X" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/subawa/Screenshot_11.png" border="2/"></a></p> <p>&nbsp;</p> https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5417 KEKRISTENAN DAN TOLERANSI: AJARAN GEREJA DAN TELADAN TOKOH KITAB SUCI SEBAGAI CONTOH 2024-10-31T00:21:54+00:00 Hemma Gregorius Tinenti hgregoriustinenti@gmail.com <p>Tuhan menghendaki terjadinya pembaharuan, terhadap bumi dan seluruh ciptaan. Syarat dari pembaharuan itu adalah adanya keterbukaan manusia akan berbagai macam kemungkinan. Abraham, memberi contoh kontekstualisasi dan tolerasi dalam pluralitas. Keragaman atau pluralisme sosio religius saat ini menjadi kenyataan yang tidak mungkin dihindari. Keberagaman tentu saja harus diterima bukan sebagai konflik namun sebagai kekayaan. Untuk mencapainya, tentu yang dibutuhkan adalah sikap toleransi. Unkapan sikap toleransi itu dapat ditunjukkan lewat pengalaman hidup konkrit dalam masyarakat. Dekrit <em>Nostra Eatate</em> Dokumen Konsili Vatikan II menyatakan: seluruh bangsa merupakan satu masyarakat, seluruh manusia mempunyai satu asal. Semua manusia memiliki tujuan sama yaitu keabadian bersama Allah dalam kerajaan-Nya. Gereja Katolik pun secara terbuka menyatakan keterbukaannya terhadap keberagaman agama serta menghargai umat non Kristiani. Karl Rahner seorang teolog Katolik yang cukup keras bersuara tentang keberagaman dan keterbukaan. Lewat slogannya yaitu: ‘Kristen Anonim’, artinya orang non Kritiani juga dapat diselamatkan jika mereka melakukan hal-hal baik seperti yang diajarkan Kristus. Lewat kalimat ini beliau berpendapat bahwa: dengan kedatangan Kristus ke dunia dalam rupa manusia, merupakan bukti nyata bahwa keselamatan yang ditawarkan Allah adalah untuk semua manusia tanpa terkecuali.</p> 2024-10-31T00:19:08+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6845 PERAN MEDITASI TRADISIONAL DALAM MENGURANGI DENTAL ANXIETY 2024-11-17T03:03:26+00:00 Agung Setiabudi agung@unmas.ac.id I.A Istri Agung Krisna Kencana Dewi kencanadewi@unmas.ac.id <p><em>Dental anxiety</em> merupakan rasa takut atau kecemasan berlebihan yang muncul akibat kunjungan ke dokter gigi atau prosedur yang dilakukan oleh dokter gigi. Kondisi ini dapat berkisar dari kecemasan ringan hingga ketakutan ekstrem yang membuat seseorang menghindari perawatan gigi sama sekali. Metode meditasi, seperti pengaturan napas dalam dan <em>mindfulness</em>, dapat merangsang sistem saraf parasimpatik yang berfungsi menenangkan tubuh dan mengurangi gejala fisik kecemasan. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana praktik <em>mindfulness tradisional</em> dapat membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan perawatan gigi. Dengan meditasi, diharapkan pasien dapat merasa lebih tenang sebelum dan selama prosedur, sehingga ketakutan berkurang dan pengalaman perawatan menjadi lebih positif. Beberapa metode meditasi yang dapat menenangkan pikiran untuk mengatasi kecemasan gigi meliputi pernapasan diafragma, <em>body scan</em>, visualisasi, meditasi <em>mindfulness</em>, dan meditasi cinta kasih. Teknik-teknik ini dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan gigi dengan menenangkan pikiran dan tubuh, serta meningkatkan kesejahteraan emosional. Mengintegrasikan meditasi ke dalam rutinitas perawatan gigi tidak hanya memberikan rasa nyaman bagi pasien, tetapi juga berkontribusi pada hasil perawatan yang lebih baik. Melalui latihan <em>mindfulness</em>, pasien dapat belajar mengelola ketakutan dan kecemasan mereka dengan lebih efektif.</p> 2024-10-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 agung https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6787 TRANSFORMASI UPACARA ATIWA-TIWA DI DESA SIANGAN KECAMATAN GIANYAR, KABUPATEN GIANYAR 2024-11-14T01:10:29+00:00 Ida Bagus Putu Wiadnyana Manuaba manuaba@gmail.com I Ketut Suda paramita@unhi.ac.id Ni Kadek Ayu Kristini Putri kadek.ayukristini27@gmail.com I Gusti Agung Paramita paramita@unhi.ac.id <p>Artikel ini membahas transformasi upacara <em>atiwa-tiwa</em> di Desa Adat Siangan, <em>atiwa-tiwa</em> yang awalnya dilakukan di setra desa, kini ada kecenderungan melaksanakan <em>atiwa-tiwa</em> di krematorium (tempat kremasi). Pergeseran ini akan berdampak pada tatanan adat, sosial, dan religius khususnya di Desa Adat Siangan. Perihal ini menarik untuk dikaji dan peneliti berupaya memfokuskan pada penyebab terjadi transformasi ini, proses dan implikasinya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Data dianalisis dengan teknik analisis interpretatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa&nbsp; ada beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi dalam upacara <em>atiwa-tiwa</em> yakni faktor sosial, budaya, ekonomi dan modernisasi. Transformasi ini juga berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi, budaya, dan keagamaan.</p> 2024-10-31T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 manuaba https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6859 PEMENTASAN TARI REJANG DI PURA DESA DESA ADAT SIDETAPA KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG 2024-12-01T23:52:37+00:00 Komang Tari Karismayanti tarikarismayantikomang@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Pertunjukan Tari Rejang di Pura Desa Sidetapa, Kabupaten Banjar. Pertunjukan Tari Rejang yang merupakan bagian dari rangkaian hari besar Galungan dan Kuningan ini rutin digelar tiga hari setelah hari besar tersebut dan merupakan salah satu bentuk upacara Dewa Yadnya. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) prosesi pertunjukan Tari Rejang di Pura Desa Sidetapa, Kabupaten Banjar; (2) fungsi didaktis pertunjukan Tari Rejang di Pura Desa Sidetapa, Kabupaten Banjar; dan (3) nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang terkandung dalam pertunjukan Tari Rejang di Pura Desa Sidetapa, Kabupaten Banjar, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pemilihan informan secara purposive sampling. Teori yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Teori Agama, <em>Fungsionalisme</em> <em>Struktural</em>, Teori Estetika, dan <em>Etno-Pedagogi</em>. Perspektif pendidikan agama Hindu dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keseimbangan antara nilai tradisional dan tuntutan sosial kontemporer sesuai dengan prinsip-prinsip <em>fungsionalisme struktural</em>. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pertunjukan Tari Rejang di Pura Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, diawali dengan persiapan banten, dilanjutkan dengan upacara persembahyangan bersama, kemudian pementasan Tari Rejang, yaitu tarian sakral yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi dengan mengenakan busana adat sakral. Tari sakral ini merupakan pelengkap dari upacara Dewa Yadnya di Pura Desa Sidetapa yang diyakini dapat mendatangkan berkah bagi masyarakat setempat; (2) fungsi didaktis pertunjukan Tari Rejang meliputi fungsi religi, estetika, psikologis, sosiologis, dan pelestarian budaya; dan (3) nilai edukatif yang teridentifikasi yaitu nilai pelestarian religi, estetika, psikologis, sosiologis, dan budaya.</p> 2024-10-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 komang https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6844 MAKNA TRADISI TUMPENG DALAM BUDAYA JAWA DAN RELEVANSINYA BAGI PENGHAYATAN PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI MARIA RATU DAMAI PURWOREJO MALANG 2024-11-12T12:12:51+00:00 Raimundus Lulus Sukaryo lulussukaryo00@gmail.com Alfonsus Krismiyanto alfkrismiyantopr@gmail.com Paskalis Edwin I Nyoman Paska nyomanpaska@gmail.com <p>Tumpeng banyak dipakai dalam kegiatan orang Jawa baik Katolik maupun non Katolik. Akan tetapi, makna simbolis tradisi Tumpeng sering kurang dipahami dan kabur. Umat Katolik non Jawa yang memakai tradisi ini juga kurang memahami, tidak terkecuali umat Katolik Jawa kurang memahami makna dan tujuan tradisi tumpeng, terutama relevansinya dengan perayaan Ekaristi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna tradisi tumpeng dan relevansi tradisi tumpeng bagi penghayatan perayaan Ekaristi bagi umat di Paroki Maria Ratu Damai Purworejo. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Narasumber dalam penelitian ini adalah umat dan pastor paroki. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Peneliti melakukan pengujian keabsahan data dengan menggunakan triangulasi Teknik pengumpulan data. Upacara tumpengan di Paroki Maria Ratu Damai Purworejo menunjukkan adanya keselarasan dengan perayaan Ekaristi. Keduanya sama-sama menekankan pentingnya syukur, namun dengan fokus yang berbeda. Tumpengan lebih pada syukur atas berkat duniawi, sedangkan Ekaristi berpusat pada syukur atas karya penyelamatan Kristus.</p> 2024-10-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 raymundus https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6841 JALINAN SUCI MANUSIA, ALAM, DAN TUHAN DALAM UPACARA NGABEN DI BALI 2024-11-07T11:45:12+00:00 Putu Krisna Dewi krisnadewi2626@gmail.com I Wayan Suja wayan.suja@undiksha.ac.id <p>Konsep Tri Hita Karana yang mencerminkan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan sangat esensial dalam kehidupan masyarakat Bali, terimplementasi secara nyata dalam upacara Ngaben, ritual kremasi khas Bali. Penelitian ini bertujuan mengkaji penerapan Tri Hita Karana dalam Ngaben dan relevansinya dalam konteks sosial-budaya Bali modern. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, data dikumpulkan melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap elemen Tri Hita Karana, parahyangan (hubungan dengan Tuhan), pawongan (hubungan antarmanusia), dan palemahan (hubungan dengan alam) bermanifestasi nyata dalam Ngaben. Ngaben memperkuat kohesi sosial dan penghormatan pada alam dengan penggunaan material alami, menunjukkan fleksibilitas tradisi di tengah arus modernisasi tanpa kehilangan esensinya.</p> 2024-10-30T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 krisna https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6681 INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEARIFAN LOKAL NGUPAH WAYANG 2024-10-29T08:30:59+00:00 Komang Agus Triadi Kiswara agustriadi@gmail.com I Nyoman Sudanta sudanta@unhi.ac.id Gede Padma Sumardiana padmasumardiana@unhi.ac.id Ni Wayan Yuni Astuti yuniastuti@unhi.ac.id <p>Wayang merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Bali. Sebagai sebuah kesenian wayang tentunya memiliki nilai yang sarat dengan religiusitas. Wayang merupakan kesenian yang dapat dipentaskan sebagai wali, bebali dan balih-balihan. Dalam sejarahnya wayang telah ada sejak jaman dahulu sehingga wayang juga disebut sebagai kesenian klasik. Sebagai sebuah bentuk kesenian wayang juga terkena oleh dampak globalisasi. Hal ini dapat kita lihat dari minimnya masyarakat yang saat ini gemar menonton wayang, terkecuali dalam bentuk wayang sebagai wali. Padahal disisilain wayang juga memiliki nilai yang sangat penting yaitu sebagai media dalam pembentukan karakter bagi generasi muda. Melalui sisipan cerita yang diambil melalui itihasa wayang mencoba menguraikan tentang ajaran-ajaran agama dalam setiap pertunjukannya. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat di Kec. Banjar Kabupaten Buleleng kendatipun arus globalisasi melanda namun eksistensi pertunjukan wayang yang dibalut dalam tradiisi ngupah wayang masih terjaga. Hal ini dipercayai sebagai bentuk media internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter bagi mereka yang menanggap wayang.Dari latar belakang tersebut rumusan masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah 1) Mengapa tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter&nbsp; masih eksis dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Banjar? 2) Bagaimana bentuk tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter di Desa Banjar Kec. Banjar Kab. Buleleng? 3) Bagaimana implikasi dari tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter di Desa Banjar Kec. Banjar Kabupaten Buleleng? Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode kualitatif. Teori yang dipergunakan dalam membedah rumusan masalah adalah teori eksistensialisme, teori fungsional structural. Hasil penelitian ini adalah pentingnya kehadiran wayang sebagai media internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter adalah Atma sradha, tradisi, dan juga suah ujar (mesesangi), bentuk pendidikan karakter tertuang dalam lakon cerita, upakara, dan penglukatan.</p> 2024-10-29T08:25:50+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6645 PEMENTASAN TARI REJANG DI PURA DESA, DESA ADAT SIDETAPA KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG 2024-10-27T02:24:36+00:00 Komang Tari Karismayanti tarikarismayantikomang@gmail.com <p><em>This study aims to determine the educational values contained in the Rejang Dance Performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District, from the perspective of Hindu Religious Education. The Rejang Dance Performance, part of the Galungan and Kuningan holiday series, is routinely held three days after these holidays and is a form of the Dewa Yadnya ceremony. The issues examined in this study are: (1) the procession of the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District; (2) the didactic function of the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District; and (3) the Hindu religious education values contained in the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District, Buleleng Regency. This research was conducted qualitatively by selecting informants through purposive sampling. The theories applied in this study are Religious Theory, Structural Functionalism, Aesthetic Theory, and Ethno-Pedagogy. Data collection methods included interviews and document studies. The research findings revealed that: (1) the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District, Buleleng Regency, begins with the preparation of ceremonial offerings (banten), followed by a communal prayer ceremony, and then the performance of the Rejang dance—a sacred dance performed by young men and women wearing traditional sacred costumes. This sacred dance complements the Dewa Yadnya ceremony at Pura Desa Sidetapa Village, which is believed to bring blessings to the local community; (2) the didactic functions of the Rejang Dance performance include religious, aesthetic, psychological, sociological, and cultural preservation functions; and (3) the educational values identified are religious, aesthetic, psychological, sociological, and cultural preservation&nbsp;values.</em></p> 2024-10-27T02:23:12+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6005 TELAAH TENTANG PEMAHAMAN BUDDHA SEBAGAI PEMIMPIN SPIRITUAL, BUKAN ENTITAS ILAHI 2024-10-27T01:19:35+00:00 Kadek Jaya Sumanggala boddhicaro78@gmail.com Aryanto Firnadi arieyan@gmail.com Uung Gondo Saputro uunggondosaputro@gmail.com <p>There are still many people who think that the Buddha is God or a Prophet, Buddhists worship idols. This is due to a lack of a correct understanding of the Buddha's personality. This research aims to describe textual information and answer some questions related to the personality of the Buddha based on the Buddhist holy book, namely Tipi?aka. The research uses a qualitative approach from various Tipitaka literature, journals, and books that are by the topic of discussion. The concept of omnipotence is the origin of the emergence of God. God is understood as the principle of limitation and gives limits to actuality. The Buddha was born in Northern India, lived a life of learning from learned teachers and attained enlightenment by understanding and realizing the Four Noble Truths. Then from then on, he became a Buddha. The Buddha taught the Dhamma to his disciples (gods and humans) and founded a community known as the Sangha. Buddha has qualities that distinguish him from other human beings, namely three knowledge, six superpowers, and ten powers. The concept of God in Buddhism is not personified and Buddhists are more focused on attaining Nibb?na.</p> 2024-10-27T01:12:06+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6667 ANALISIS PERAN OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR DALAM MASYARAKAT UMAT BUDDHA DI JAWA TENGAH 2024-10-25T08:44:10+00:00 Agus Subandi uppalasubandi@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran objek wisata Candi Borobudur dalam masyarakat umat Buddha di Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan perwujudan dari simbol agama Buddha. Pemilihan daerah wisata Candi Borobudur sebagai objek penelitian dikarenakan masyarakat umat Buddha belum memahami peran dari candi Borobudur untuk umat Buddha itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tehnik keabsahan data menggunakan trianggulasi data. Hasil penelitian ini adalah peran Candi Borobudur bagi umat Buddha di Jawa Tengah antara lain sebagai pusata spiritual dimana setiap tahunnya umat Buddha melaksanakan ritual dan meditasi di candi untuk memperkuat praktik keagamannya, warisan budaya yaitu Borobudur merupakan salah satu wariasn dunia yang menjadi symbol umat Buddha serta mampu memperkuat rasa kebanggaan akan warisan budaya dan pendidikan yaitu Candi Borobudur merupakan lading ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dengan memahami relief dan arsitertur candi tersebut.</p> 2024-10-25T08:39:10+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6642 KONSEP KESAKRALAN MIRCEA ELIADE DALAM TRADISI PERINGATAN MALAM SATU SURO DI KOTAGEDE YOGYAKARTA 2024-10-25T08:41:07+00:00 Adhimas Alifian Yuwono adhimasalifian@gmail.com Abid Nurhuda abidnurhuda123@gmail.com Inamul Hasan Ansori anshorihafidz98@gmail.com <p>This article aims to show the representation of Mircea Eliade's concept of "sacred" in the tradition of commemorating the first night of Suro in Kotagede, Yogyakarta. This type of research is qualitative with a literature study approach. Data collection was carried out by collecting literary sources in the form of books and journals related to formal objects, namely the thoughts of Mircea Eliade, and material objects, namely the tradition of commemorating the first night of Suro in Kotagede, Yogyakarta. The results of this research are that this tradition occurred because of the hierophony, namely between the month of Suro which is believed to bring both blessings and dangers and the place of implementation, namely the tombs of the Mataram kings. The myth that emerged was in the form of a belief in getting blessings and being protected from danger. Sacred symbols are manifested in the reading of tahlil, eating jenang suran, and burning incense. Meanwhile, the concept of the cosmos occurs at the time the tradition is carried out, because when the tradition takes place, there is a sacred time and a sacred place at the same time.</p> 2024-10-25T08:35:10+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5946 TRADISI SEKATEN YOGYAKARTA DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA DAN RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL 2024-10-25T08:41:07+00:00 Kusuma Putri kusumaputri@up45.ac.id Gede Agus Siswadi gede.agus.siswadi@mail.ugm.ac.id <p><em>The Sekaten tradition is a cultural heritage of the Indonesian nation which until now still exists. Sekaten became an event for the birth of the Prophet Muhammad PBUH which was packaged using Javanese culture. The existence of this Sekaten provides space for culture and religion concurrently. In addition, Sekaten is a way the preservation of the cultural values of the Indonesian nation. Ki Hajar Dewantara's thoughts on culture have revealed this Sekaten tradition, therefore this tradition can survive and thrive amid the challenges of modernization. This research is qualitative research with a literature study approach. The methods used are interpretation, heuristics, and philosophical reflection. The results of this study found that Ki Hajar Dewantara’s thoughts were related to a continuous, convergent, and concentric have relevance to the Sekaten tradition tradition which in its implementation was in accordance with Ki Hajar Dewantara's theory.</em> <em>In addition, national culture in its development process also requires efforts to be able to see culture </em>as prospective and ongoing dynamic process. This <em>sekaten becomes a meeting point between cullture and religion to strengthen the integration of culture that cannot be separated.</em></p> 2024-10-25T08:32:41+00:00 Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6716 PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN BALI 2024-10-25T08:39:41+00:00 Ni Ketut Riska Dewi Prawita Riska riskadewiprawita@gmail.com I Gusti Nyoman Agung Ngurah Sedana Putra riskadewiprawita@gmail.com I Gusti Agung Paramita paramita@unhi.ac.id Ida Kade Suarioka paramita@unhi.ac.id <p>Kebudayaan Bali tidak pernah terlepas dari perpaduan harmonis antara tradisi keagamaan yang kental, kekayaan seni yang beragam, tradisi lisan, pakaian adat, bahasa daerah, serta adat istiadat yang menjadi bukti ketahanan dan kreativitas selama berabad-abad. Di balik keberagaman budaya tersebut, Bali sering menghadapi serangan dari pengaruh era globalisasi yang dapat mengancam warisan budaya. Dampak yang signifikan terhadap kebudayaan tradisional Bali adalah komodifikasi budaya Bali untuk tujuan pariwisata dan westernisasi akibat pengaruh perkembangan teknologi (media digital). Di tengah kekuatan globalisasi, masyarakat Bali perlu selalu menjaga keseimbangan antara menghormati kearifan masa lalu dan memanfaatkan peluang yang saat ini tanpa mengorbankan identitas budaya tradisional Bali dan nilai-nilai luhur yang dikandungnya.</p> 2024-10-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 riska https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6717 INTEGRATING PAÑCAMAYAKOSA IN ADDRESSING DEPRESSION: A STUDY IN HINDU PHILOSOPHICAL APPROACH 2024-10-27T01:04:39+00:00 Gede Endy Kumara Gupta endykumara@gmail.com Ida Ayu Gde Wulandari dayuwulan@uhnsugriwa.ac.id Ida Bagus Ketut Mantra mantraida07@gmail.com <p>Depresi adalah kondisi yang ditandai dengan ketidakseimbangan atau gangguan dalam diri sendiri yang terkait dengan aspek bio-psiko-sosial, yang terwujud dalam gejala-gejala seperti hilangnya semangat, perasaan sedih, rendah diri, menarik diri dari orang lain dan lingkungan, serta pikiran atau upaya bunuh diri. Mengingat meningkatnya prevalensi depresi dan dampaknya terhadap kesehatan global, sangat mendesak untuk mengeksplorasi perspektif dan solusi alternatif. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, menggunakan sumber data sekunder seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian, yang dianalisis melalui studi dokumen untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang gangguan depresi. Konsep Hindu tentang Pañcam?y?ko?a, yang menggambarkan lima lapisan kesadaran individu, digunakan sebagai alat analisis utama. Studi ini mengungkapkan bahwa depresi dapat dipahami sebagai ketidakseimbangan dalam lapisan-lapisan ini, dan menunjukkan bahwa praktik holistik seperti yoga, meditasi, dan pr??ayama, bersama dengan menumbuhkan pikiran positif dan dukungan sosial, dapat secara efektif mengatasi gangguan depresi. Temuan-temuan ini menyoroti potensi mengintegrasikan kearifan tradisional Hindu dengan pendekatan psikologis modern untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk mengelola depresi.</p> 2024-10-23T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 Gupta https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6718 ANALISIS PENTINGNYA MENJAGA KERUKUNAN UMAT BUDDHA DI VIHARA CAKRA JAYA, VIHARA CAKRA DHAMMALOKA, DAN PADEPOKAN DHAMMALOKA ARAMA KABUPATEN BANJARNEGARA 2024-10-25T08:40:53+00:00 Evi Ratnasari Evi eviratnasari9f@gmail.com Hesti Sadtyadi Hesti 15hestisadtyadi@gmail.com <p>Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana umat Buddha di Banjarnegara menjaga kerukunan antar umat Buddha yang berbeda sekte. Penelitian ini dilakukan pada tiga vihara di Banjarnegara yang memiliki umat Buddha dengan berbeda majelis yaitu majelis Buddhayana dan majelis Theravada yaitu Vihara Cakra Jaya yang terletak di desa Mandiraja Wetan, Vihara Cakra Dhammaloka yang terletak di desa Somawangi, dan Padepokan Dhammaloka Arama yang terletak di desa Merden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tekni pengumpulan data berupa observasi, wawancara, serta dokumentasi. Subjek penelitian diambil dari umat yang terjun langsung dan berperan aktif dalam kegiatan umat Buddha dalam menjaga kerukunan umat Buddha di Banjarnegara. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kerukunan umat Buddha di Vihara Cakra Jaya, Vihara Cakra Dhammaloka dan Padepokan Dhammaloka Arama adalah hal yang penting untuk tercipta karena mengingat umat Buddha yang ada di tiga vihara tersebut termasuk minoritas dalam daerahnya. Untuk menciptakan kerukunan umat Buddha di ketiga vihara tersebut, dilakukan dengan cara melaksanakan <em>pujawalian</em> bersama, <em>anjangsana</em>, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan terkhusus untuk muda-mudi Buddhis (Sekolah minggu; Atthasila, Meditas, Dhamma; DhammaClass) serta arisan yang secara rutin dilakukan oleh para orangtua.</p> 2024-10-22T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 evi