Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti
<p><strong>Jurnal Dharmasmrti</strong> diterbitkan Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Jurnal Dharmasmrti dimaksudkan sebagai wadah bagi para akademisi/dosen untuk menuangkan pemikiran, ide, gagasan, hasil riset, sekaligus pengembangan wawasan keilmuan khususnya di bidang agama dan kebudayaan. Sebagai media informasi akademik, Jurnal Dharmasmrti menghadirkan ruang diskursus ilmiah, dialog akademik-teoretik, yang nantinya bisa digunakan dan dimanfaatkan sebagai referensi, rujukan penulisan ilmiah bagi para mahasiswa, dosen, dan insan akademis. Fokus dan ruang lingkup tematik Jurnal Dharmasmrti meliputi studi-studi agama dan kebudayaan. </p> <p><a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" rel="license"><img src="https://i.creativecommons.org/l/by-nc-sa/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License" data-pagespeed-url-hash="847749124"></a><br>This work is licensed under a <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" rel="license">Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License</a>.</p> <p>JURNAL DHARMASMRTI, terindex:</p> <p><a href="http://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail?id=5369" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/040487/sinta_4_teranyar_pakai.png" width="156" height="94"></a></p> <p><a title="Google Scholar" href="https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&user=VVdc3zUAAAAJ" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/puskom/GoogleScholar2.jpg"><br></a><a title="Indonesia One Search" href="http://onesearch.id/Search/Results?filter[]=repoId:IOS6310" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/puskom/onesearch.jpg"></a><a title="Crossref" href="https://doi.org/10.32795/ijiis.v1.i1" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/puskom/Crossreff.jpg"></a><a title="Neliti" href="https://www.neliti.com/id/journals/dharmasmrti" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/040487/neliti.jpg"></a><a title="Garuda" href="http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/view/13985" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/040487/garuda.jpg"></a><a title="OCLC" href="https://www.worldcat.org/search?q=on:DGCNT+https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/oai+dharmasmrti+IDHIN&qt=results_page" target="_blank" rel="noopener"><br><img src="/public/site/images/040487/OCLC.jpg"></a><br><a title="DOAJ" href="https://doaj.org/toc/2620-827X" target="_blank" rel="noopener"><img src="/public/site/images/subawa/Screenshot_11.png" border="2/"></a></p> <p> </p>Pascasarjana Universitas Hindu Indonesiaen-USDharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan1693-0304KEKRISTENAN DAN TOLERANSI: AJARAN GEREJA DAN TELADAN TOKOH KITAB SUCI SEBAGAI CONTOH
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5417
<p>Tuhan menghendaki terjadinya pembaharuan, terhadap bumi dan seluruh ciptaan. Syarat dari pembaharuan itu adalah adanya keterbukaan manusia akan berbagai macam kemungkinan. Abraham, memberi contoh kontekstualisasi dan tolerasi dalam pluralitas. Keragaman atau pluralisme sosio religius saat ini menjadi kenyataan yang tidak mungkin dihindari. Keberagaman tentu saja harus diterima bukan sebagai konflik namun sebagai kekayaan. Untuk mencapainya, tentu yang dibutuhkan adalah sikap toleransi. Unkapan sikap toleransi itu dapat ditunjukkan lewat pengalaman hidup konkrit dalam masyarakat. Dekrit <em>Nostra Eatate</em> Dokumen Konsili Vatikan II menyatakan: seluruh bangsa merupakan satu masyarakat, seluruh manusia mempunyai satu asal. Semua manusia memiliki tujuan sama yaitu keabadian bersama Allah dalam kerajaan-Nya. Gereja Katolik pun secara terbuka menyatakan keterbukaannya terhadap keberagaman agama serta menghargai umat non Kristiani. Karl Rahner seorang teolog Katolik yang cukup keras bersuara tentang keberagaman dan keterbukaan. Lewat slogannya yaitu: ‘Kristen Anonim’, artinya orang non Kritiani juga dapat diselamatkan jika mereka melakukan hal-hal baik seperti yang diajarkan Kristus. Lewat kalimat ini beliau berpendapat bahwa: dengan kedatangan Kristus ke dunia dalam rupa manusia, merupakan bukti nyata bahwa keselamatan yang ditawarkan Allah adalah untuk semua manusia tanpa terkecuali.</p>Hemma Gregorius Tinenti
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-312024-10-31242839710.32795/ds.v24i2.5417TRANSFORMASI UPACARA ATIWA-TIWA DI DESA SIANGAN KECAMATAN GIANYAR, KABUPATEN GIANYAR
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6787
<p>Artikel ini membahas transformasi upacara <em>atiwa-tiwa</em> di Desa Adat Siangan, <em>atiwa-tiwa</em> yang awalnya dilakukan di setra desa, kini ada kecenderungan melaksanakan <em>atiwa-tiwa</em> di krematorium (tempat kremasi). Pergeseran ini akan berdampak pada tatanan adat, sosial, dan religius khususnya di Desa Adat Siangan. Perihal ini menarik untuk dikaji dan peneliti berupaya memfokuskan pada penyebab terjadi transformasi ini, proses dan implikasinya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Data dianalisis dengan teknik analisis interpretatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi dalam upacara <em>atiwa-tiwa</em> yakni faktor sosial, budaya, ekonomi dan modernisasi. Transformasi ini juga berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi, budaya, dan keagamaan.</p>Ida Bagus Putu Wiadnyana ManuabaI Ketut Suda Ni Kadek Ayu Kristini PutriI Gusti Agung Paramita
Copyright (c) 2024 manuaba
2024-10-312024-10-3124298108INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEARIFAN LOKAL NGUPAH WAYANG
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6681
<p>Wayang merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Bali. Sebagai sebuah kesenian wayang tentunya memiliki nilai yang sarat dengan religiusitas. Wayang merupakan kesenian yang dapat dipentaskan sebagai wali, bebali dan balih-balihan. Dalam sejarahnya wayang telah ada sejak jaman dahulu sehingga wayang juga disebut sebagai kesenian klasik. Sebagai sebuah bentuk kesenian wayang juga terkena oleh dampak globalisasi. Hal ini dapat kita lihat dari minimnya masyarakat yang saat ini gemar menonton wayang, terkecuali dalam bentuk wayang sebagai wali. Padahal disisilain wayang juga memiliki nilai yang sangat penting yaitu sebagai media dalam pembentukan karakter bagi generasi muda. Melalui sisipan cerita yang diambil melalui itihasa wayang mencoba menguraikan tentang ajaran-ajaran agama dalam setiap pertunjukannya. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat di Kec. Banjar Kabupaten Buleleng kendatipun arus globalisasi melanda namun eksistensi pertunjukan wayang yang dibalut dalam tradiisi ngupah wayang masih terjaga. Hal ini dipercayai sebagai bentuk media internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter bagi mereka yang menanggap wayang.Dari latar belakang tersebut rumusan masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah 1) Mengapa tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter masih eksis dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Banjar? 2) Bagaimana bentuk tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter di Desa Banjar Kec. Banjar Kab. Buleleng? 3) Bagaimana implikasi dari tradisi ngupah wayang sebagai media pendidikan karakter di Desa Banjar Kec. Banjar Kabupaten Buleleng? Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode kualitatif. Teori yang dipergunakan dalam membedah rumusan masalah adalah teori eksistensialisme, teori fungsional structural. Hasil penelitian ini adalah pentingnya kehadiran wayang sebagai media internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter adalah Atma sradha, tradisi, dan juga suah ujar (mesesangi), bentuk pendidikan karakter tertuang dalam lakon cerita, upakara, dan penglukatan.</p>Komang Agus Triadi KiswaraI Nyoman Sudanta Gede Padma SumardianaNi Wayan Yuni Astuti
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-292024-10-29242738210.32795/ds.v24i2.6681PEMENTASAN TARI REJANG DI PURA DESA, DESA ADAT SIDETAPA KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6645
<p><em>This study aims to determine the educational values contained in the Rejang Dance Performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District, from the perspective of Hindu Religious Education. The Rejang Dance Performance, part of the Galungan and Kuningan holiday series, is routinely held three days after these holidays and is a form of the Dewa Yadnya ceremony. The issues examined in this study are: (1) the procession of the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District; (2) the didactic function of the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District; and (3) the Hindu religious education values contained in the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District, Buleleng Regency. This research was conducted qualitatively by selecting informants through purposive sampling. The theories applied in this study are Religious Theory, Structural Functionalism, Aesthetic Theory, and Ethno-Pedagogy. Data collection methods included interviews and document studies. The research findings revealed that: (1) the Rejang Dance performance at Pura Desa Sidetapa Village, Banjar District, Buleleng Regency, begins with the preparation of ceremonial offerings (banten), followed by a communal prayer ceremony, and then the performance of the Rejang dance—a sacred dance performed by young men and women wearing traditional sacred costumes. This sacred dance complements the Dewa Yadnya ceremony at Pura Desa Sidetapa Village, which is believed to bring blessings to the local community; (2) the didactic functions of the Rejang Dance performance include religious, aesthetic, psychological, sociological, and cultural preservation functions; and (3) the educational values identified are religious, aesthetic, psychological, sociological, and cultural preservation values.</em></p>Komang Tari Karismayanti
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-272024-10-27242637210.32795/ds.v24i2.6645TELAAH TENTANG PEMAHAMAN BUDDHA SEBAGAI PEMIMPIN SPIRITUAL, BUKAN ENTITAS ILAHI
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6005
<p>There are still many people who think that the Buddha is God or a Prophet, Buddhists worship idols. This is due to a lack of a correct understanding of the Buddha's personality. This research aims to describe textual information and answer some questions related to the personality of the Buddha based on the Buddhist holy book, namely Tipi?aka. The research uses a qualitative approach from various Tipitaka literature, journals, and books that are by the topic of discussion. The concept of omnipotence is the origin of the emergence of God. God is understood as the principle of limitation and gives limits to actuality. The Buddha was born in Northern India, lived a life of learning from learned teachers and attained enlightenment by understanding and realizing the Four Noble Truths. Then from then on, he became a Buddha. The Buddha taught the Dhamma to his disciples (gods and humans) and founded a community known as the Sangha. Buddha has qualities that distinguish him from other human beings, namely three knowledge, six superpowers, and ten powers. The concept of God in Buddhism is not personified and Buddhists are more focused on attaining Nibb?na.</p>Kadek Jaya SumanggalaAryanto FirnadiUung Gondo Saputro
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-272024-10-27242546210.32795/ds.v24i2.6005ANALISIS PERAN OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR DALAM MASYARAKAT UMAT BUDDHA DI JAWA TENGAH
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6667
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran objek wisata Candi Borobudur dalam masyarakat umat Buddha di Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan perwujudan dari simbol agama Buddha. Pemilihan daerah wisata Candi Borobudur sebagai objek penelitian dikarenakan masyarakat umat Buddha belum memahami peran dari candi Borobudur untuk umat Buddha itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tehnik keabsahan data menggunakan trianggulasi data. Hasil penelitian ini adalah peran Candi Borobudur bagi umat Buddha di Jawa Tengah antara lain sebagai pusata spiritual dimana setiap tahunnya umat Buddha melaksanakan ritual dan meditasi di candi untuk memperkuat praktik keagamannya, warisan budaya yaitu Borobudur merupakan salah satu wariasn dunia yang menjadi symbol umat Buddha serta mampu memperkuat rasa kebanggaan akan warisan budaya dan pendidikan yaitu Candi Borobudur merupakan lading ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dengan memahami relief dan arsitertur candi tersebut.</p>Agus Subandi
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-252024-10-25242435310.32795/ds.v24i2.6667KONSEP KESAKRALAN MIRCEA ELIADE DALAM TRADISI PERINGATAN MALAM SATU SURO DI KOTAGEDE YOGYAKARTA
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6642
<p>This article aims to show the representation of Mircea Eliade's concept of "sacred" in the tradition of commemorating the first night of Suro in Kotagede, Yogyakarta. This type of research is qualitative with a literature study approach. Data collection was carried out by collecting literary sources in the form of books and journals related to formal objects, namely the thoughts of Mircea Eliade, and material objects, namely the tradition of commemorating the first night of Suro in Kotagede, Yogyakarta. The results of this research are that this tradition occurred because of the hierophony, namely between the month of Suro which is believed to bring both blessings and dangers and the place of implementation, namely the tombs of the Mataram kings. The myth that emerged was in the form of a belief in getting blessings and being protected from danger. Sacred symbols are manifested in the reading of tahlil, eating jenang suran, and burning incense. Meanwhile, the concept of the cosmos occurs at the time the tradition is carried out, because when the tradition takes place, there is a sacred time and a sacred place at the same time.</p>Adhimas Alifian YuwonoAbid NurhudaInamul Hasan Ansori
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-252024-10-25242354210.32795/ds.v24i2.6642TRADISI SEKATEN YOGYAKARTA DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA DAN RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5946
<p><em>The Sekaten tradition is a cultural heritage of the Indonesian nation which until now still exists. Sekaten became an event for the birth of the Prophet Muhammad PBUH which was packaged using Javanese culture. The existence of this Sekaten provides space for culture and religion concurrently. In addition, Sekaten is a way the preservation of the cultural values of the Indonesian nation. Ki Hajar Dewantara's thoughts on culture have revealed this Sekaten tradition, therefore this tradition can survive and thrive amid the challenges of modernization. This research is qualitative research with a literature study approach. The methods used are interpretation, heuristics, and philosophical reflection. The results of this study found that Ki Hajar Dewantara’s thoughts were related to a continuous, convergent, and concentric have relevance to the Sekaten tradition tradition which in its implementation was in accordance with Ki Hajar Dewantara's theory.</em> <em>In addition, national culture in its development process also requires efforts to be able to see culture </em>as prospective and ongoing dynamic process. This <em>sekaten becomes a meeting point between cullture and religion to strengthen the integration of culture that cannot be separated.</em></p>Kusuma PutriGede Agus Siswadi
Copyright (c) 2024 Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
2024-10-252024-10-25242253410.32795/ds.v24i2.5946PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN BALI
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6716
<p>Kebudayaan Bali tidak pernah terlepas dari perpaduan harmonis antara tradisi keagamaan yang kental, kekayaan seni yang beragam, tradisi lisan, pakaian adat, bahasa daerah, serta adat istiadat yang menjadi bukti ketahanan dan kreativitas selama berabad-abad. Di balik keberagaman budaya tersebut, Bali sering menghadapi serangan dari pengaruh era globalisasi yang dapat mengancam warisan budaya. Dampak yang signifikan terhadap kebudayaan tradisional Bali adalah komodifikasi budaya Bali untuk tujuan pariwisata dan westernisasi akibat pengaruh perkembangan teknologi (media digital). Di tengah kekuatan globalisasi, masyarakat Bali perlu selalu menjaga keseimbangan antara menghormati kearifan masa lalu dan memanfaatkan peluang yang saat ini tanpa mengorbankan identitas budaya tradisional Bali dan nilai-nilai luhur yang dikandungnya.</p>Ni Ketut Riska Dewi Prawita Riska I Gusti Nyoman Agung Ngurah Sedana PutraI Gusti Agung ParamitaIda Kade Suarioka
Copyright (c) 2024 riska
2024-10-242024-10-242421810.32795/ds.v24i2.6716INTEGRATING PAÑCAMAYAKOSA IN ADDRESSING DEPRESSION: A STUDY IN HINDU PHILOSOPHICAL APPROACH
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6717
<p>Depresi adalah kondisi yang ditandai dengan ketidakseimbangan atau gangguan dalam diri sendiri yang terkait dengan aspek bio-psiko-sosial, yang terwujud dalam gejala-gejala seperti hilangnya semangat, perasaan sedih, rendah diri, menarik diri dari orang lain dan lingkungan, serta pikiran atau upaya bunuh diri. Mengingat meningkatnya prevalensi depresi dan dampaknya terhadap kesehatan global, sangat mendesak untuk mengeksplorasi perspektif dan solusi alternatif. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, menggunakan sumber data sekunder seperti buku, jurnal, dan laporan penelitian, yang dianalisis melalui studi dokumen untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang gangguan depresi. Konsep Hindu tentang Pañcam?y?ko?a, yang menggambarkan lima lapisan kesadaran individu, digunakan sebagai alat analisis utama. Studi ini mengungkapkan bahwa depresi dapat dipahami sebagai ketidakseimbangan dalam lapisan-lapisan ini, dan menunjukkan bahwa praktik holistik seperti yoga, meditasi, dan pr??ayama, bersama dengan menumbuhkan pikiran positif dan dukungan sosial, dapat secara efektif mengatasi gangguan depresi. Temuan-temuan ini menyoroti potensi mengintegrasikan kearifan tradisional Hindu dengan pendekatan psikologis modern untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk mengelola depresi.</p>Gede Endy Kumara GuptaIda Ayu Gde WulandariIda Bagus Ketut Mantra
Copyright (c) 2024 Gupta
2024-10-232024-10-2324291810.32795/ds.v24i2.6717ANALISIS PENTINGNYA MENJAGA KERUKUNAN UMAT BUDDHA DI VIHARA CAKRA JAYA, VIHARA CAKRA DHAMMALOKA, DAN PADEPOKAN DHAMMALOKA ARAMA KABUPATEN BANJARNEGARA
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/6718
<p>Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana umat Buddha di Banjarnegara menjaga kerukunan antar umat Buddha yang berbeda sekte. Penelitian ini dilakukan pada tiga vihara di Banjarnegara yang memiliki umat Buddha dengan berbeda majelis yaitu majelis Buddhayana dan majelis Theravada yaitu Vihara Cakra Jaya yang terletak di desa Mandiraja Wetan, Vihara Cakra Dhammaloka yang terletak di desa Somawangi, dan Padepokan Dhammaloka Arama yang terletak di desa Merden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tekni pengumpulan data berupa observasi, wawancara, serta dokumentasi. Subjek penelitian diambil dari umat yang terjun langsung dan berperan aktif dalam kegiatan umat Buddha dalam menjaga kerukunan umat Buddha di Banjarnegara. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kerukunan umat Buddha di Vihara Cakra Jaya, Vihara Cakra Dhammaloka dan Padepokan Dhammaloka Arama adalah hal yang penting untuk tercipta karena mengingat umat Buddha yang ada di tiga vihara tersebut termasuk minoritas dalam daerahnya. Untuk menciptakan kerukunan umat Buddha di ketiga vihara tersebut, dilakukan dengan cara melaksanakan <em>pujawalian</em> bersama, <em>anjangsana</em>, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan terkhusus untuk muda-mudi Buddhis (Sekolah minggu; Atthasila, Meditas, Dhamma; DhammaClass) serta arisan yang secara rutin dilakukan oleh para orangtua.</p>Evi Ratnasari EviHesti Sadtyadi Hesti
Copyright (c) 2024 evi
2024-10-222024-10-22242192510.32795/ds.v24i2.6718MAKNA UGATAMEE SEBAGAI “YANG IMANEN” DALAM KEPERCAYAAN TRADISIONAL SUKU MEE PANIAI-PAPUA
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5922
<p>The focus of this article is on the concept of God (Ugatamee) in the traditional faith of the Mee tribe in Paniai - Papua in and through the prayer traditions that have been passed down from generation to generation by their ancestors. They believe that Ugatamee is always present "here and now". Ugatamee is not a person who lives apart from all the struggles of their lives. Expressions of gratitude for Ugatamee's involvement in their lives are expressed through ritual forms of prayer. The methodology used in working on this article is descriptive-qualitative by analyzing scientific journals and books as well as interviews. This article contributes to the understanding of Ugatamee identity and the meaning of Ugatamee's communicative and participatory presence "here and now".</p>Aris YeimoDonatus Sermada Kelen
Copyright (c) 2024
aris
2024-05-082024-05-082425461KOMUNIKASI INTERPERSONAL BUDDHA DAN IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN KEPADA UMAT
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5930
<p>Human beings, as social creatures, consistently engage in interactions within both their families and organizational or community environments. Communication is a fundamental aspect of these interactions, and ethical communication practices should be carefully observed. Communication involves two individuals and is referred to as interpersonal communication. Throughout his life, Buddha demonstrated numerous examples of how he interacted with his followers. He consistently employed a gentle approach, providing understanding in the face of any issues and responding with compassion. Temples, which serve as places for the Buddhist community to gather, are venues for interactions among fellow Buddhists. This warrants the attention of temple administrators to foster peace and harmony. By implementing the interpersonal communication methods exemplified by Buddha, temple administrators should strive to offer excellent services to the community. This, in turn, can enhance the moral values of the community, allowing individuals to engage in virtuous actions unimpeded. The methods of this article is systematic literature review.</p>Suryani *Julia SuryaPartono NyanasuryanadiBudi Utomo
Copyright (c) 2024
suryani
2024-05-082024-05-08242758510.32795/ds.v24i1.5930PRAKTIK DHARMAYATRA DALAM MEMPERKUAT KEYAKINAN UMAT BUDDHA DI ERA MODERN
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5927
<p>The practice of Dharmayatra has long been an integral part of the Buddhist tradition. The aim of this study was to explore how Dharmayatra practices can strengthen Buddhist beliefs in the modern era. This research method is a literature study that involves the analysis and synthesis of relevant literature regarding Dharmayatra practices. The results showed that Dharmayatra practice helps Buddhists to increase their understanding of Buddhist teachings, increase their sense of connection with the Buddhist community, and strengthen their faith and commitment to Buddhist practice. This practice is also considered a means to overcome the challenges of modern life and gain inner peace. These findings suggest that Dharmayatra can be a relevant and beneficial practice for Buddhists in the modern era, and can assist them in living an authentic and meaningful Buddhist life despite some shortcomings in practicing it.</p>Edi PrasetiyoBudi Utomo
Copyright (c) 2024
edi
2024-05-082024-05-08242626510.32795/ds.v24i1.5927IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA PADA PENDIDIKAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI VIHARA VAJRA BUMI GIRI PUTRA
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/5928
<p>This research aims to describe the implementation of religious moderation in Buddhist Sunday school education at the Vajra Bumi Giri Putra Vihara, so this research focuses on the implementation and understanding of religious moderation carried out by Buddhists at the Vajra Bumi Giri Putra Vihara, especially Buddhist Sunday School students. This research uses a method with a qualitative descriptive approach. This method produces findings obtained through data collected using several means, such as interviews, observations and documentation. Buddhist religious education includes various aspects of Buddhist teachings such as Dhamma (universal law), Sila (morality), and Bhavana (meditation). Buddhist religious education also aims to promote values in accordance with Buddhist teachings such as love, compassion, wisdom, example and peace. Religious education is one of the most effective ways of promoting religious moderation. Through proper and in-depth religious education, individuals can understand religious teachings correctly and practice them in the right way.</p> <p> </p>Saputro Edi Hartono
Copyright (c) 2024
saputro
2024-05-082024-05-08242667410.32795/ds.v24i1.5928