UPACARA NGENTEG LINGGIH DI PURA DUTA DHARMA SEBAGAI MEDIA EDUKASI PENGUATAN SRADDHA BHAKTI UMAT HINDU DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE

  • I Gusti Ketut Widana
  • Ni Wayan Sadri
  • I Wayan Suasta
Keywords: Ngenteg Linggih, Edukasi, Sraddha, Bhakti

Abstract

Pendirian sebuah Pura sebagai tempat suci peribadatan mutlak diperlukan meskipun berada jauh di tanah rantau seperti yang dilakukan umat Hindu transmigran di Distrik Miring Kabupaten Merauke Papua yang berhasil membangun sebuah Pura dengan nama Pura Duta Dharma. Namun setelah 40 tahun pendirian baru bisa dilaksanakan Upacara Ngenteg Linggih, yang sekaligus juga dapat digunakan sebagai media edukasi bagi penguatan sraddha bhakti umat Hindu setempat. Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah : 1) Mengapa Upacara Ngenteg Linggih dilaksanakan di Pura Duta Dharma Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?, 2) Bagaimakah prosesi pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih di Pura Duta Dharma sebagai media edukasi bagi umat Hindu di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?, 3) Bagaimana implikasi pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih di Pura Duta Dharma sebagai media edukasi terhadap penguatan sraddha bhakti umat Hindu Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?. Penelitian ini merupakan kajian kualitatif deskripstif interpretatif dengan pendekatan sosial, agama dan pendidikan. Kajian ini menggunakan teori Religi, teori Struktural Fungsional dan teori Penguatan (Reinforcement). Adapun hasil penelitian ini menyimpulkan : 1) pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih memiliki landasan/alasan konsepsi, baik teologi, filosofi maupun mitologi; 2) pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih memfungsikan seluruh unsur dalam struktur masyarakat Hindu Distrik Tanah Miring; dan 3) pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih memiliki implikasi edukasi terhadap pendidikan agama Hindu, baik Tattwa, Susila maupun Acara.

References

Chaplin, JP. 2004. Kamus Lengkap Psikologi: terj. Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cudamani. 1993. Pengantar Agama Hindu. Jakarta: Hanuman Sakti.
Dister Ofm, Nico Syukur. 2007. Pengalaman dan Motivasi Beragama.
Yogyakarta : Kanisius.
Drewes, B.F., dan Mojau, Julianus. 2003. Apakah Teologi ?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Donder, I Ketut. 2009. Teologi : Memasuki Gerbang Ilmu Pengetahuan Ilmiah tentang Tuhan Paradigma Sanatana Dharma. Surabaya : Paramita.
Emile Durkheim. 1954. The Elementary Forms of the Religious Life. Joseph Ward Swain (trans). London : George Allen & Unwin Ltd.
Eliade, Mircea. 2000. Kunci-Kunci Metodologis dalam Studi Simbolisme
Keagamaan, dalam Metodologi Studi Agama, Editor Ahmad Norma Permata Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: DianRakyat

Mardiwarsito, L. 1978. Kamus Bahasa Jawa Kuna (Kawi)-Indonesia. Ende-
Flores: Nusa Indah.
Miles, Matthew B., dan A. Michael Huberman.2007. Analisis Data Kualitatif :
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Diterjemahkan oleh : Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI-Press
Pudja, G. 1981. Bhagawadgita (Pancama Weda). Jakarta : Mayasaari.
Pudja, G. 1981. Sarasamuccaya, Teks-Terjemahan Komentar. Jakarta : Mayasari.
Pudja, G. 1984. Sraddha, Pengantar Agama Hindu (cetakan II). Jakarta :
Mayasari.
Putra, I Gusti Agung Mas. 1982. ”Upakara Yadnya” Denpasar: Kayu Mas
Subagiasta, I Ketut. 2006b. Saiva Siddhanta di India dan di Bali. Surabaya : Paramita.
Thoules, Robert H. 2003. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo.
Titib, I Made. 1994. Ketuhanan Dalam Weda. Jakarta : PT Pustaka Manikgeni.
Titib, I Made. 2009. Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.
Tylor, E.B. 1942. Primitive Culture (terjemahan). New York: Harper Torchbooks
Wesnawa, I. B. Suanda, dkk. 1991. Penelitian Pura Sad Kahyangan
Denpasar : Tim Penelitian Sejarah Pura IHD.
Wiana, Ketut. 1992. Sembahyang Menurut Hindu. Denpasar. Yayasan
Dharma Naradha.
Widana, I Gusti Ketut. 2010. Menjawab Pertanyaan Umat. Denpasar : Yayasan
Dharma Naradha.
Published
2025-04-25