https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/issue/feedWIDYANATYA2024-11-02T01:05:25+00:00Ida Ayu Gede Yadnyawatiwidyanatya@unhi.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Widyanatya: </strong><strong>Journal of Religious and Art</strong><strong>s</strong><strong> Education</strong> is published by the Faculty of Education, Indonesian Hindu University. The Widyanatya Journal publication is intended as a forum for academics/ lecturers to express their thoughts, ideas, research results, as well as the development of scientific insights, especially in the fields of religious and arts education. As an academic information media, Widyanatya presents a space for scientific discourse, academic-theoretical dialogue, which can later be used as references for scientific writing for students, lecturers, and academic people. The focus and the thematic scope of the Widyanatya covers studies in the religious and arts education.</p> <p>-------------------------------------</p> <p><strong>Widyanatya: Jurnal Pendidikan Agama dan Seni</strong> diterbitkan oleh Fakultas Pendidikan, Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Jurnal Widyanatya dimaksudkan sebagai wadah bagi para akademisi/ dosen untuk menuangkan pemikiran, ide, gagasan, hasil riset, sekaligus pengembangan wawasan keilmuan khususnya di bidang pendidikan agama dan seni. Sebagai media informasi akademik, Jurnal Widyanatya menghadirkan ruang diskursus ilmiah, dialog akademik-teoretik, yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai referensi penulisan ilmiah bagi para mahasiswa, dosen, dan insan akademis. Fokus dan ruang lingkup tematik Jurnal Widyanatya meliputi studi-studi Pendidikan Agama dan Seni. </p> <p> </p>https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6817NILAI KATATTWAN DHARMAGITA, SEBAGAI METODE PENDIDIKAN SPIRITUAL2024-11-02T01:05:23+00:00I Gusti Ketut Widanaigustiketutwidana1805@gmail.comI Nengah Artawanartawan@unhi.ac.idPutu Dia Antaraputudya@gmail.com<p><em>Dharmagita</em> tergolong seni keagamaan, bernuansa budaya, berdimensi kerohanian, dan diekspresikan dalam kesempatan pelaksanaan ritual <em>yadnya</em>. Ketika dikaji dari perspektif filsafat (Hindu) masuk ke dalam ranah <em>Tattwa.</em> Sampai kemudian didapat persepsi bahwa <em>Dharmagita</em> itu sejatinya adalah “nembangin tatwa/tatwa katembangin” (menyanyikan <em>tattwa/tatwa</em> dinyayikan), atau dalam konteks pembelajaran dapat disebut sebagai metode “magending sambil mlajah/mlajah sambilang magending“. Penelitian ini hendak mengkaji nilai katattwan Dharmagita sebagai metode pendidikan spiritual, dengan menggunakan metode kualitatif deskripstif interpretatif berdasarkan analisis teori Rasa, teori Struktur dan teori Hermeneutika yang menghasilkan simpulan bahwa nilai katattwan dharmagita dapat menjadi salah satu metode dalam pendidikan spiritual dalam upaya menguatkan keimanan (sradha) dan meningkatkan kualitas amalan (bhakti) umat Hindu.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6819METODE PEMBELAJARAN TABUH BALEGANJUR DENGAN MEDIA FRUITY LOOPS STUDIO DI BANJAR TIYING TUTUL DESA PERERENAN, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG2024-11-02T01:05:23+00:00I Nyoman Winyanaigustiketutwidana1805@gmail.comI Wayan Sukadanasukadana@unhi.ac.idI Wayan Sudiarsapacet8552@gmail.comI Kadek Aris Widiantaraadekaris.co.id@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui Bagaimana bentuk metode belajar dengan menggunakan <em>Fruity Loops Studio</em> pada gamelan baleganjur di Banjar Tiying Tutul Pererenan, Mengwi, Badung. (2) Mengetahui Bagaimana Penerapan metode belajar dengan menggunakan <em>Fruity Loops Studio</em> pada gamelan baleganjur di Banjar Tiying Tutul Pererenan, Mengwi, Badung. (3) Mengetahui Bagaimana Implikasi metode belajar dengan menggunakan <em>Fruity Loops Studio</em> pada gamelan baleganjur di Banjar Tiying Tutul Pererenan, Mengwi, Badung Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis studi lapangan, Teknik pengumpulan data menggunakan Teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan analisi tersebut diperoleh simpulan (1) bentuk metode belajar tabuh baleganjur menggunakan <em>Fruity Loops Studio</em> kepada penggarap (2) penerapan metode belajar menggunakan media <em>Fruity Loops Studio</em> kepada sekaa gong (3) implikasi yang dirasakan bagi penggarap,masyarakat dan perkembangan tabuh baleganjur di banjar tiying tutul,desa pererenan</p> <p> </p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6820RELIGIUSITAS TARI SANGHYANG JARAN GADING DALAM UPACARA PIODALAN DI PURA PUSEH DESA UNGASAN KECAMATAN KUTA SELATAN KABUPATEN BADUNG2024-11-02T01:05:23+00:00I Made Sudarsanasudarsana@unhi.ac.idI Made Sugiartasugiartamade@unhi.ac.idI Ketut Gede Ruditagederuditaiketut@gmail.comNi Made Dyah Purwantinidyahpurwantini3@gmail.com<p><em>The majority of Balinese people are Hindu, always linking artistic activities with religious rituals (Yadnya). The implementation of Yadnya for Hindus is not only in the form of ceremonies, but also uses works of art (sacred art). One of them is the Sanghyang Dance. The Sanghyang dance is used by the community as a complement to ceremonies and to ward off disease outbreaks that are hitting a village. There are several types of Sanghyang dance found in Bali, each of which has its own uniqueness and characteristics. At Puseh Temple, Ungasan Village, South Kuta District, Badung Regency, there is the Sanghyang Jaran Gading Dance. The uniqueness of the Sanghyang Jaran Gading dance makes it interesting to study the meaning contained in it.</em></p> <p><em>The problem formulation that drives this research is as follows: (1) What is the sacralization process of the Sanghyang Jaran Gading dance? (2) What is the shape of the Sanghyang Jaran Gading dance? (3) What educational values are contained in the Sanghyang Jaran Gading Dance? Meanwhile, the theories used to examine this research problem are: (1) Religious Theory, (2) Aesthetic Theory (3) Value Theory.</em></p> <p><em>Based on the analysis, conclusions were obtained as a result of the research, including: (1) The process of sacralization, namely, (a) The process before the Sanghyang Jaran Gading Dance performance, (b) The process of selecting dancers, (c) The process after the performance (2) The form of the Sanghyang Jaran Gading Dance, namely, (a). The structure of the Sanghyang Jaran Gading Dance, (b). The Sanghyang Jaran Gading Dance Gending, (c). The make-up and costumes of the Sanghyang Jaran Gading Dance, (d). The infrastructure of the Sanghyang Jaran Gading Dance (e). The place and time of the Sanghyang Jaran Gading Dance performance, (f). The Sanghyang Jaran Gading Dance Ritual. (3) The values contained in the Sanghyang Jaran Gading Dance, namely, (a). Tattwa Educational Values (b). Moral/Ethical Educational Values, (c). Upakara Educational Values, (d) Aesthetic Educational Values</em></p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6822FAKTOR TERJADINYA TRANSFORMASI ETNOPEDAGOGI PADA SILA SESANA SISYA BRAHMANA BUDDHA DI PURI SEMARAPURA2024-11-02T01:05:23+00:00Anak Agung aditya adnyanaadityaresman79@gmail.com<p>Pendidikan yang berasal dari kearifan lokal, tidak hanya bisa di adaptasi dalam pendidikan formal. Pendidikan informal dan non forma menjadi wadah yang besar dalam ranah pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Salah satunya dapat dilihat dari budaya <em>parampara</em> pendidikan <em>kesulinggihan</em> <em>Brahmana</em> Buddha yang berasal dari tradisi <em>paguron</em> Buddhakeling yang diturunkan pada salah satu <em>Sisya-nya</em> di <em>Puri</em> Semarapura, sampai berdampak pada transformasi menjadi Sisya yang berkarakter <em>Prajna Paramita</em>. Artikel ini bertujuan mengungkapkan faktor transformasi etnopedagogi pada <em>Sila Sesana Sisya</em> Brahmana Buddha di <em>Puri </em>Semarapura. Hasil studi menunjukan ada tranformasi dalam ranah pikiran, perkataan dan perbuatan serta pola pendidikan yang bertahap melalui <em>wiku dhang acarya, wiku ngeraga</em> dan <em>wiku anglokapalasraya</em>. Dalam konteks inilah peran <em>Sila Sesana Sisya</em> <em>Brahmana</em> Buddha di <em>Puri</em> Semarapura, yang diwariskan secara <em>tangible</em> dan <em>itangibel</em>, penting untuk mengoptimalisasi kemampuan seorang <em>Brahmana</em> Buddha dalam memahami, bersikap dan berpraktik dalam teks <em>Sesana</em> melalui <em>sastra</em> agama dalam kehidupan praksis aktual. Dari uraian di atas patut diberikan jawaban atas beberpa pertanyaan sebagai berikut: (1) Faktor Transformasi Pemahaman <em>Wiku Dhang Acarya</em> Dalam Ajaran <em>Tattwa, Tantra, Mantra, Yantra</em> dan <em>Sad Dharma</em>. (2) Faktor Transformasi Sikap <em>Wiku Ngeraga</em> Dalam Ajaran <em>Catur Bandana Dharma</em>. (3) Faktor Transformasi Keterampilan <em>Wiku Angloka Palasraya</em> Dalam Ajaran Pendidikan <em>Puja Surya Sewana</em>, Puja <em>Peganggan Jangkep</em> <em>dan Puja Weda Ageng</em>. Dengan pernyataan di atas, untuk mebedah pertanyaan tersebut menggunakan teori Humanistik-Maslow (1950) Menurut pendapat Maslow (dalam Setiawan, 2017:12) bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa memahami lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri). Faktor transformasi dalam mempelajari etnopedagogi merupakan hal penting bagi pendidikan seorang Sulinggih. Dengan demikian perlu kiranya meneliti ”Faktor Terjadinya Transformasi Etnopedagogi Pada <em>Sila Sesana Sisya Brahmana Buddha</em> Di <em>Puri Semarapura”</em></p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6823PENINGKATAN DISIPLIN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN AGAMA HINDU PADA PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA 20232024-11-02T01:05:24+00:00I Ketut Winantraketutwinantra@unhi.ac.id<p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Perubahan kurikiulum membuat banyak sisi pembelajaran yang dirubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembanagan saat ini. Adanya daya dukung dari semua pihak dalam mengembangkan pendidikan kea rah yang lebih baik. Termasuk didalamnya guru sebangai pendidik dan pengakar pada satuan sekolah. Perlunya dilakukan peningkatan disiplin guru dalam pembelajaran agama hindu pada penerapan kurikulum merdeka belajar. Metode Kualitatif interpretative. Adanya model peningkatan disiplin yang harus diakukan dan ditingkatkan dalam mengajar untuk guru pendidikan agama hindu pada penerapan kurikulum merdeka belajar, dengan pendekatan karakter Pancasila. Menemukan metode peningkatan disiplin dalam pembelajaran pendidikan agama hindu untuk pencapain kurikulum merdeka belajar 2023</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6824SENI LUKIS GAYA BATUAN PADA KOMUNITAS BATURULANGUN DI DESA BATUAN SUKAWATI (KAJIAN PENDIDIKAN SENI RUPA)2024-11-02T01:05:24+00:00 I Komang Yogi Santikas99yogi@gmail.comI Putu Gede Padma Sumardianapadmasumardiana@gmail.comI Wayan Arissusilawayanarisusila2017@gmail.com<p>Seni lukis Bali terbagi menjadi seni lukis tradisional dan modern, dengan seni lukis tradisional yang tetap mempertahankan tradisi, simbol-simbol, dan tema spiritual. Gaya seni lukis di Bali sangat beragam, seperti Seni Lukis Wayang Kamasan, Ubud, dan Batuan, yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Komunitas Baturulangun di Desa Batuan berperan penting dalam melestarikan Seni Lukis Gaya Batuan, melibatkan pelukis generasi tua dan muda, serta mendidik anak-anak untuk melanjutkan tradisi ini.Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan naturalistik. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumen, dan terjun langsung ke lapangan.</p> <p>Temuan utama melibatkan alasan penggunaan kuas bambu yang melibatkan sejarah, ekonomi, dan ekspresi artistik. Komunitas Baturulangun menciptakan seni lukis Batuan dengan langkah-langkah terstruktur, menggabungkan teknik tradisional dan inovasi modern untuk menjaga relevansi seni ini. Karya-karyanya mengangkat tema mendalam seperti pendidikan, moralitas, dan kolaborasi internasional, memperkaya visualisasi budaya Bali. Implikasi seni ini meliputi peningkatan ekonomi lokal, pelestarian budaya dan lingkungan, serta pendidikan seni yang mengembangkan kreativitas dan nilai moral generasi muda.</p> <p>Penelitian ini juga menyoroti pentingnya integrasi studi seni lukis Batuan dalam kurikulum universitas untuk memperluas pengetahuan mahasiswa dan mendukung pelestarian melalui kerjasama dengan Komunitas Baturulangun. Masyarakat diharapkan aktif dalam pameran dan kegiatan terkait untuk meningkatkan apresiasi dan mendukung upaya pelestarian budaya, serta menjaga identitas budaya lokal. Mahasiswa disarankan terlibat dalam program seni komunitas, melakukan penelitian terkait, dan mempromosikan seni lukis Batuan untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan di kalangan generasi muda.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6825AKTUALISAI PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI DI ERA GLOBALISASI (MOMENTUM MEMBANGUN KARAKTER GENERASI MUDA YANG SATWIKA)2024-11-02T01:05:24+00:00Komang Agus Triadi Kiswaraaguskiswara@unhi.ac.idNi Wayan Yuni Astuti2yuniastuti@unhi.ac.idIda Ayu Putu Sariaguskiswara@unhi.ac.id<p>Sebagai agama yang tertua di bumi nusantara Hindu menuangkan konsep beragama melalui tiga kerangka agama Hindu yaitu Tattwa, Susila, dan Upacara. Kehadiran Globalisasi saat ini tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi agama Hindu. Globalisasi sebagai konsep terhubungnya sistem tunggal antar negara dapat di ibaratkan pisau bermata dua, disatu sisi agama dapat menjadi sarana pengenalan nilai-nilai anatar negara sebagai basis toleransi, namun disasisi lain justru kehadiran globalisasi menjadi sebuah ancaman pudarnya keyakinan akan agama. Pada tahapan tersebut kehadiran agama dirasa sangat penting untuk dapat memperkuat jati diri seseorang sehingga tidak mudah goyah. Salah satu bentuk upacara yang perlu mendapatkan internalisasi adalah pelaksanaan upacara Nyepi. Nyepi merupakan upacara yang datangnya berdasarkan sasih yaitu setiap satu tahun sekali. Sebagai bentuk perayaan tahun baru saka nyepi merupakan pondasi utama bagaimana memenejemn kehidupan, serta melakukan evaluasi terhadap kehidupan. Internalisasi terhadap pelaksanaan upacara nyepi inilah yang kemudian dapat mengantarkan generasi muda memiliki karakter sattwika. Penelitian ini merupakan studi literatur dimana analisis yang dilakukan dengan menganalisis Pustaka perilahal perihal pelaksanaan perayaan hari raya nyepi. Rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah bagaimana aktualisasi perayaan hari raya Nyepi dalam membentuk karakter sattwika bagi generasi muda? Pendekatan teori yang dipakai memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6826KULINARI BALI DARI RITUAL MENUJU KOMERSIAL2024-11-02T01:05:24+00:00Ida Bagus Purwa SidemenPurwasidemen69@gmail.comI Gede Badra Buana PutraGodesrr03@gmail.com<p>Bali, memiliki berbagai keunggulan dalam berbagai sisi, terutamanya bila dilihat dari <br>sisi seni, budaya, dan ritual kegamaannya yaitu Hindu Bali. Hal inilah yang menjadikan Bali <br>tersohor ke seantero dunia. Tidak salah kemudian Bali berkembang menjadi destinasi <br>pariwisata favorit. Berduyun-duyun masyarakat nusantara dan mancanegara berkunjung ke <br>Bali. Selain aktivitas seni budaya yang menjadi unggulan dan tujuan utama wisatawan <br>berkunjung, kini telah berkembang keinginan masyarakat pariwisata untuk bisa menikmati<br>sajian makanan tradisional khas Bali. Sajian berupa makanan tradisional khas Bali, yang <br>awalnya merupakan suguhan atau sajian dalam rangka kegiatan keagamaan (ritual), saat ini <br>telah menjadi pilihan untuk suguhan bagi wisatawan. Selain beragam jenisnya ada beberapa <br>hal yang menjadi perhatian dalam menyuguhkan makanan tardisional kepada wisatawan yaitu <br>cara pengolahannya yang memperhatikan sisi kesehatan dan kebersihan (hygiene sanitation). <br>Lengkap, Bali tidak saja menjadi destinasi dengan keunggulan alam dan aktivitas budaya, <br>namun saat ini telah menjadi incaran para pecinta kuliner dari berbagai belahan dunia.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6829STRUKTUR DRAMATIK PERTUNJUKAN DRAMA KLASIK SANGGAR TEATER MINI LAKON SUMPAH RAMA PARASU KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI2024-11-02T01:05:24+00:00I Made Ruditaruditalengar@yahoo.co.idIda Ayu Gede Prayitna Dewidayuprayitnaunhi@gmail.comNi Luh Putu Wiwin Astariwiwinastari@unhi.ac.idI Komang Dedi Dianadayuprayitnaunhi@gmail.com<p>Didalam agama Hindu ada sebuah ajaran yang disebut Putra Sesana. Putra Sesana <br>terbentuk dari dua kata, Putra yang berarti anak, Sesana yang berarti kewajiban . Jadi Putra <br>Sesana mempunyai arti tata krama atau aturan-aturan yang wajib dilaksanakan atau laranganlarangan yang harus diperhatikan oleh seorang anak terhadap orang tuanya, atau seorang <br>siswa kepada gurunya dalam lingkungan rumah tangga atau sekolah ( pesraman ). Tata tertib <br>ini sangat penting artinya bagi umat manusia sebagai rambu-rambu di dalam rangka <br>mengabdikan diri, guna dapat mengantar dirinya memasuki tahapan kehidupan rohani yang <br>lebih baik dan maju. Tata krama tersebut berupa anjuran dan larangan yang harus <br>diperhatikan oleh seorang anak atau siswa agar terhindar dari segala cela dan dosa. Ajaran <br>Putra Sesana bila diartikan secara luas akan menyangkut hubungan siswa (sisya) dengan <br>Catur Guru. Ada empat unsur yang disebut dengan Catur Guru, yaitu pertama : Guru <br>Swadhyaya yaitu Tuhan Yang Maha Esa, kedua, Guru Rupaka yaitu orang tua yang <br>memberikan rupa kita yang tidak lain ialah ayah-ibu kita, ketiga Guru Pengajian yaitu guru <br>di sekolah yang memberikan ilmu (aji) kepada kita, dan keempat adalah Guru Wisesa yaitu <br>pemerintah yang berkuasa terhadap kita sebagai warga negara. Dalam melakukan pendidikan <br>agama tidak harus dilakukan dalam pendidikan formal saja, melainkan bisa melalui <br>transformasi budaya, salah satunya nilai-nilai pendidikan agama bisa disampaikan melalui <br>seni pertunjukan drama, khususnya pertunjukan drama klasik. Untuk menjawab masalah di <br>atas, dalam hal mengetahui Penerapan ajaran Putra Sesana melalui transformasi budaya Bali <br>berupa pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini, perlu dibuat suatu penelitian <br>mengenai bentuk, fungsi dan makna penerapan ajaran Putra Sesana dalam pertunjukan <br>drama klasik Sanggar Teater Mini dengan lakon Sumpah Ramaparasu.<br>Penelitian ini berjudul “Penerapan Ajaran Putra Sesana Pada Pertunjukan Drama <br>Klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah Rama Parasu”.Kajian (Bentuk dan Fungsi)” <br>WIDYANATYA | Volume 6 Nomor 2 | 2024 e-ISSN:2656-7573/P-ISSN:2088-888<br>80<br>WIDYANATYA | Volume 6 Nomor 2 | 2024 e-ISSN:2656-7573<br>adalah hasil studi yang mendalam terhadap nilai pendidikan karakter pada pertunjukan <br>drama klasik. Penelitian ini mengangkat dua pokok masalah yaitu : 1) untuk mengetahui dan <br>menganalisis bentuk struktur dramatik pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon <br>Sumpah Rama Parasu ; 2) untuk mengetahui dan menganalisis fungsi pertunjukan drama <br>klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah Rama Parasu. Secara umum, penelitian ini <br>bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan peranan penting dari Penerapan Ajaran Putra <br>Sesana dalam pertunjukan pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah <br>Rama Parasu . Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk struktur <br>dramatik dan fungsi pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakonSumpah Rama <br>Parasu. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan dua teori : <br>teori estetika dan teori fungsional struktural. Metode-metode pengumpulan data yang <br>digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.Seluruh data diolah <br>menggunakan tehnik deskriptif interpretatif. Hasil dari penelitian ini adalah sebagaiberikut ; <br>Bentuk struktur dramatik pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Tragedi Bali <br>adalah sebagai berikut : (1) tema, (2) alur, (3) latar, (4) penokohan, (5) insiden dan (6) <br>amanat. Sedangkan fungsi drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah Rama Parasu<br>adalah sebagai berikut : (1) fungsi ekonomi, (2) fungsi hiburan, (3) fungsi promosi dan (4) <br>fungsi komunikasi.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/6830PENGEMBANGAN MEDIA AJAR TEATER MINI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PARTISIPASI SISWA KELAS IV MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI DI UPT SD NEGERI 067954 MEDAN2024-11-02T01:05:25+00:00I Ketut Supatraketutsupatra05@gmail.com<p> Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Namun dalam praktiknya, pembelajaran agama Hindu sering kali menghadapi tantangan dalam menarik minat belajar siswa. Banyak siswa yang merasa bosan atau kurang termotivasi saat belajar agama Hindu karena pembelajaran cenderung bersifat monoton dan konvensional, menggunakan metode ceramah dan membaca buku yang terlalu berfokus pada pendekatan verbal. Hal ini berdampak pada kurangnya partisipasi aktif siswa, terutama dalam memahami konsep-konsep yang abstrak dan kompleks.</p> <p> Penggunaan media visual dan naratif dalam pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif dalam membantu siswa memahami materi secara lebih mendalam. Media visual yang dignakan dalam upaya meningkatkan minat dan partisiapsi siswa dalam pembelajaran adalah teater mini yang menggunakan bahan-bahan daur ulang dan bersifat fleksibel sesuai dengan tema yang dipelajari.</p> <p> Metode yang digunakan penulis adalah metode kualitatif deskripsi dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, survey dan wawancara yang dilakukan pada siswa kelas 4 UPT SD Negeri 067954 Medan dan menggunakan model analisis Miles dan Huberman yang memiliki 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh adalah adanya peningkatan minat dan partisipasi aktif siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Selain itu penggunaan teater mini juga memiliki manfaat lain diantaranya adalah memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam hal <em>story telling</em> atau bercerita sekaligus memperdalam pemahaman mereka terhadap nilai-nilai agama.</p>2024-10-31T00:00:00+00:00Copyright (c)