WIDYANATYA https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya <p><strong>Widyanatya: </strong><strong>Journal of Religious and Art</strong><strong>s</strong><strong> Education</strong> is published by the Faculty of Education, Indonesian Hindu University. The Widyanatya Journal publication is intended as a forum for academics/ lecturers to express their thoughts, ideas, research results, as well as the development of scientific insights, especially in the fields of religious and arts education. As an academic information media, Widyanatya presents a space for scientific discourse, academic-theoretical dialogue, which can later be used as references for scientific writing for students, lecturers, and academic people. The focus and the thematic scope of the Widyanatya covers studies in the religious and arts education.</p> <p>-------------------------------------</p> <p><strong>Widyanatya: Jurnal Pendidikan Agama dan Seni</strong>&nbsp;diterbitkan oleh Fakultas Pendidikan, Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Jurnal Widyanatya dimaksudkan sebagai wadah bagi para akademisi/ dosen untuk menuangkan pemikiran, ide, gagasan, hasil riset, sekaligus pengembangan wawasan keilmuan khususnya di bidang pendidikan agama dan seni. Sebagai media informasi akademik, Jurnal Widyanatya menghadirkan ruang diskursus ilmiah, dialog akademik-teoretik, yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai referensi penulisan ilmiah bagi para mahasiswa, dosen, dan insan akademis. Fokus dan ruang lingkup tematik Jurnal Widyanatya meliputi studi-studi Pendidikan Agama dan Seni.&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> UNHI PRESS en-US WIDYANATYA 2088-8880 SENI YANG MENGEDUKASI: MENGGALI POTENSI PENDIDIKAN DALAM KARYA SENI https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5823 <p>Seni memiliki potensi besar untuk menjadi alat pendidikan yang kuat dalam pengembangan kreativitas, pemikiran kritis, dan pemahaman yang mendalam tentang dunia. Dalam konteks ini, penting untuk menggali potensi pendidikan dalam karya seni dan memahami bagaimana seni dapat digunakan secara efektif dalam konteks pendidikan formal dan informal. Abstrak ini membahas tentang pentingnya seni dalam pendidikan, menguraikan beberapa pendapat ahli tentang bagaimana seni dapat mengedukasi penonton melalui berbagai media, termasuk seni visual, musik, film, dan seni pertunjukan. Selain itu, abstrak ini juga membahas tentang manfaat integrasi seni dalam kurikulum pendidikan, serta metodologi penulisan yang tepat untuk menggali potensi pendidikan dalam karya seni. Diharapkan bahwa pemahaman yang lebih baik tentang peran seni dalam pendidikan akan membantu dalam meningkatkan pengakuan terhadap pentingnya seni dalam pengembangan holistik pesertadidik dan mendorong pengembangan pendidikan yang lebih beragam dan inklusif.</p> WAYAN PARAMARTHA, NI LUH SUSTIAWATI, KOMAMG AGUS TRIADI KISWARA ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 1 11 IMPLIKASI AKTIVITAS RITUAL YADNYA UMAT HINDU PADA ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5825 <p>Aktivitas ritual adalah bagian dari praktik atau pengamalan ajaran <em>yadnya</em>. Pelaksanaan <em>Yadnya </em>itu sendiri sebagai bentuk pengorbanan umat Hindu yang dilaksanakan secara tulus ikhlas dan tanpa pamrih, yang ditujukan kehadapan <em>Ida Sang Hyang Widhi Wasa</em>/ Tuhan beserta segala manifestasi-Nya (<em>Dewa Yadnya</em>), juga kepada para Resi (<em>Resi Yadnya</em>), para leluhur (<em>Pitra yadnya</em>), manusia (<em>Manusa Yadnya</em>), dan juga alam (<em>Bhuta Yadnya</em>). Aktivitas ritual &nbsp;dalam konteks artikel ini adalah segala bentuk kegiatan dan perilaku umat Hindu dalam <em>mayadnya </em>(persembahan suci) yang dalam praktiknya membawa implikasi, khususnya pada aspek sosial dan ekonomi. Pada aspek sosial menimbulkan rasa solidaritas/kebersamaan dalam melakukan tindakan simbolik keagamaan. Sedangkan pada aspek ekonomi menunjukkan keterkaitannya dengan urusan pembiayaan secara finansial (keuangan), bahkan berimplikasi juga pada tingkat inflasi lantaran kebutuhan ritual sudah dimasukkan sebagai barang konsumsi. Tidak lagi sebagai konsumsi tersier tetapi sudah meningkat menjadi konsumsi sekunder bahkan primer, karena setiap hari material ritual (bebanten) dibutuhkan sebagai persembahan untuk dihaturkan oleh keluarga Hindu.</p> I GUSTI KETUT WIDANA NI WAYAN SADRI NI WAYAN SADRI I GEDE WIDYA SUKSMA Putu Dia Antara ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 12 24 IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA DALAM PERTUNJUKAN DRAMA KLASIK SANGGAR TEATER MINI LAKON TRAGEDI BALI https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5826 <p>Didalam agama&nbsp;<a href="http://inputbali.com/tag/hindu"><u>Hindu</u><u>&nbsp;</u></a>ada sebuah ajaran yang disebut&nbsp;<strong><em>Tri Hita Karana</em></strong>. <em>Tri Hita Karana</em>&nbsp;terbentuk dari tiga kata,&nbsp;<em>Tri&nbsp;</em>&nbsp;yang berarti tiga,&nbsp;<em>Hita&nbsp;</em>yang berarti kebahagiaan atau sejahtera,&nbsp;<em>Karana&nbsp;</em>yang berarti&nbsp;sebab atau penyebab. Jadi <em>Tri Hita Karana</em>&nbsp;mempunyai&nbsp;arti tiga penyebab kebahagiaan. Pada hakikatnya <em>Tri Hita Karana</em>&nbsp;mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan&nbsp;itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara 3 hal yaitu: (1) <em>Parhyangan</em>&nbsp;(hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, (2) <em>Palemahan</em>&nbsp;(hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungan), (3) <em>Pawongan</em>&nbsp;(hubungan harmonis antara manusia dengan sesama). Implementasi Ajaran Tri Hita Karana dalam pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Tragedi Bali &nbsp;&nbsp;mempunyai makna yang sangat kompleks yang belum pernah dikaji secara mendalam. Penelitian ini berjudul “Implementasi Ajaran Tri Hita Karana Dalam &nbsp;Pertunjukan Drama Klasik Sanggar Teater Mini &nbsp;lakon Tragedi Bali” adalah hasil studi yang mendalam terhadap implementasi ajaran Tri Hita Karana dalam &nbsp;pertunjukan Drama Klasik. Penelitian ini mengangkat satu pokok masalah yaitu : 1) untuk mengetahui dan menganalisis implementasi ajaran Tri Hita Karana&nbsp;dalam pertunjukan Drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Tragedi Bali&nbsp;. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Ajaran Tri Hita Karana dalam pertunjukan Drama Klasik Sanggar Teater Mini &nbsp;lakon Tragedi Bali. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna implementasi Ajaran Tri Hita Karana dalam pertunjukan Drama Klasik Sanggar Teater Mini. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan satu teori yaitu teori simbol. Metode-metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.Seluruh data diolah menggunakan tehnik deskriptif interpretatif. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut ; Makna implikasi ajaran Tri Hita Karana dalam &nbsp;pertunjukan Drama Klasik Sanggar Teater Mini &nbsp;lakon Tragedi Bali adalah sebagai berikut &nbsp;&nbsp;: (1) implementasi <em>Prhyangan</em>, (2) implementasi <em>Pawongan</em><em>&nbsp;</em>, dan (3) implementasi <em>Palemahan</em>.</p> I MADE RUDITA I NENGAH ARTAWAN NI LUH PUTU TRISDYANI I PUTU YUDA ARMANDA ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 25 36 MEMBANGKITKAN EKSISTENSI IGEL AKSARA SEBAGAI PENDEKATAN INOVATIF DALAM PENDIDIKAN SENI TARI DAN AKSARA BALI DI BANJAR TENGAH KANGIN DESA PELIATAN KECAMATAN UBUD https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5827 <p>Terciptanya karya tari ini yaitu untuk memeriahkan Bulan Bahasa Bali di Desa Peliatan pada 9 Februari 2020. Pada saat itu masyarakat dengan antusias menerima hadirnya karya seni Tari Igel Aksara tersebut dan tarian ini memberikan dampak positif bagi masyarakat peliatan kususnya pada generasi milenial karena adanya sebuah pendekatan yang inovatif, dimana mempelajari aksara Bali bisa melalui lantunan lagu disertai dengan gerak tari yang bernuansa peliatan atau sering kita sebut <em>style</em>&nbsp;peliatan yang dikemas dalam sebuah tari kreasi dengan gerakan yang sederhana. Banyak hal positif yang didapatkan dari seni Tari Igel Aksara ini yaitu khususnya di Desa Peliatan yang sudah terkenal akan keunikan seninya khususnya seni tari yang memiliki pakem atau gaya sebagai ciri khas Desa Peliatan tergaja, pelestarian seni budaya Bali, dan sebagai sebuah metode pembelajaran baru dimana salah satu banjar di Desa Peliatan yaitu Banjar Tengah Kangin yang aktif dalam kesenian wali maupun bali-balihan yang diikut sertakan mulai dari anak- anak hingga orang dewasa, yang mana tari <em>Igel Aksara </em>ini bisa diterapkan sebagai &nbsp;sebuah daya tarik &nbsp;dalam suatu pendidikan seni tari dan Aksara Bali.</p> <p>Seperti yang kita ketahui seni tari juga berfungsi sebagai media pendidikan di Indonesia yang telah berkembang demikian pesat, bahkan telah menjadi salah satu materi pembelajaran di sekolah-sekolah, mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga SMA (Sekolah Mengengah Keatas). Pendidikan merupakan dasar pengetahuan dan keterampilan yang memberikan kontribusi positif pada individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Orang yang berpendidikan cenderung mempunyai wawasan yang lebih luas sehingga mampu membentuk nilai-nilai moral dan etika. Dalam pendekatan melalui Tari <em>Igel Aksara</em>&nbsp;selain bisa dijadikan sebuah metode pembelajaran baru dalam bidang seni tari dan Aksara Bali bisa juga sebagai wadah dalam pembentukan sebuah karakter karena dalam melakukan proses pembelajaran tari <em>igel aksara</em>&nbsp;ini melibatkan kekompakan,toleransi dan kesabaran karena kemapuan daya tangkap &nbsp;berbeda-beda dalam hal mengingat atau menangkap gerakan. Selain itu lagu yang melantunkan Aksara Bali dalam tarian <em>Igel Aksara</em>&nbsp;dapat membantu proses pendidikan oleh orang tua kepada anak-anak karena dapat melatih motorik kasar dan motorik halus pada anak usia dini</p> IDA AYU GEDE PRAYITNA DEWI A.A.DWI DIRGANTINI NI PUTU ANDI SWARI DEWI ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 37 45 INTERPRETASI DAN IMPLEMENTASI KONSEP TRI HITA KARANA DALAM TRADISI KASADA DIGUNUNG BROMO (KAJIAN ETNOPEDAGOGI) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5828 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi interpretasi dan implementasi konsep Tri Hita Karana dalam tradisi Kasada di Gunung Bromo dengan menggunakan pendekatan etnopedagogi. Melalui studi ini, diperoleh pemahaman yang mendalam tentang bagaimana nilai-nilai dan praktik-praktik dalam tradisi ini mempengaruhi proses pembelajaran informal dan pembentukan identitas budaya masyarakat Tengger. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif menggunakan pendekatan etnopedagogi dengan teknik analisis dokumen terkait tradisi Kasada kemudian data disajikan dalam bentuk deskriptif naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Tengger menginterpretasikan konsep Tri Hita Karana dalam tradisi Kasada dengan mendalam, menghargai hubungan yang harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam. Penerapan konsep Tri Hita Karana tercermin dalam setiap aspek persiapan dan pelaksanaan upacara Kasada. Masyarakat Tengger menunjukkan penghormatan kepada Tuhan, solidaritas dan kerjasama antara sesama manusia, serta penghargaan terhadap lingkungan dan alam melalui praktik-praktik upacara tersebut. Etnopedagogi memainkan peran penting dalam proses pendidikan informal pada masyarakat Tengger melalui tradisi Kasada. Nilai-nilai, norma-norma, dan pengetahuan lokal ditransmisikan dari generasi ke generasi melalui partisipasi dalam upacara ini, membentuk identitas budaya dan spiritual anak-anak dan remaja Tengger. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tradisi Kasada di Gunung Bromo mencerminkan konsep Tri Hita Karana dan dampaknya terhadap pembelajaran, pendidikan, dan pembentukan identitas budaya masyarakat Tengger. Implikasi dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman tentang hubungan antara tradisi keagamaan, nilai-nilai budaya, dan proses pembelajaran di masyarakat lokal.</p> DUWI OKTAVIANA I GUSTI AYU SUASTHI ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 46 54 GENDING PENYANDAR DESA ADAT SERANGAN DALAM UPACARA MEPAJAR DI DESA ADAT SERANGAN, KECAMATAN DENPASAR SELATAN, KOTA DENPASAR (Nilai Pendidikan Seni Karawitan Keagamaan Hindu) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5829 <p>Agama Hindu dibangun dalam tiga kerangka dasar, yaitu <em>Tattwa, Susila</em>, dan <em>Upacara</em>. <em>Tatwa </em>merupakan pengetahuan agama atau ajaran-ajaran keagamaan, <em>Susila </em>merupakan sebuah sikap, dan <em>Upacara </em>merupakan pelaksanaan ajaran agama. Ketiganya adalah salah satu kesatuan yang tidak terpisahkan serta mendasari tindak keagamaan umat Hindu. &nbsp;Ketiga hal tersebut ada dalam kehidupan yang juga tidak terlepas dari beryadnya yang merupakan sebuah korban suci tulus iklhas yang dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. <em>Yadnya</em>&nbsp;merupakan salah satu bagian dari pelaksnaan upacara sebagai dasar pengembalian <em>Tri Rna. Yadnya </em>tidak hanya dapat dilakukan dalam bentuk persembahan berbentuk banten saja namun sebuah karya juga bisa dipersembahkan sebagai yadnya, yang dimana seluruh ide dan fikiran kita persembahkan ke dalam bentuk sebuah karya seni. <em>Gending Penyandar</em>&nbsp;merupakan salah satu komposisi gending atau lagu yang menjadi suatu ciri khas di Desa Adat <em>Serangan.</em>&nbsp;<em>Gending Penyandar</em>&nbsp;memiliki keunikan tersendiri yang bisa dilihat dari segi musikalitasnya yang bernuansa klasik yang hingga saat ini masih tetap dipertahankan. <em>Gending penyandar</em>&nbsp;merupakan iringan gending sakral yang digunakan atau berfungsi didalam upacara <em>Dewa Yadnya (Mepajar).</em>&nbsp;<em>Mepajar </em>adalah kata lain dari ritual yang menyangkut tentang <em>Napak Pertiwi</em>&nbsp;(turun ke bumi), melaui ritual dengan berbagai sarana upakara dan perlengkapan lainnya dengan rasa tulus ikhlas untuk menjalankan upacara mepajar. Sarana dan perlengkap salah satunya adalah dengan memainkan gamelan gong kebyar. Saat menyajikan <em>Gending Penyandar</em>, adanya daya tarik dari kalangan anak-anak, remaja, sampai orang tua dan menyajikan <em>Gending Penyandar</em>&nbsp;pada upacara <em>Mepajar</em></p> I WAYAN SUKADANA I NYOMAN WINYANA I NYOMAN SURIANTA I MADE DAPA PERMANA ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 55 67 NILAI DAN FUNGSI TARI SANG HYANG DEDARI DI DESA ADAT GERIANA KAUH https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5831 <p><em>Tari Sanghyang Dedari merupakan salah satu jenis yang dijadikan objek penelitian karena memiliki beberapa keunikan dan merupakan tarian sakral ditarikan setahun sekali tepatnya pada saat sasih kedasa di Pura pajenengan desa adat geriana kauh, kecamatan selat, kabupaten karangasem. Terkait penelitian ini, maka dirumuskan dalam tiga permasalahan yaitu, 1. Bagaimana Bentuk Tari Sanghyang Dedari Di Pura Pajenengan Desa Adat Geriana Kauh Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem? 2. Bagaimana Fungsi Tari Sanghyang Dedari Di Pura Pajenengan Desa Adat Geriana Kauh Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem?, 3. Nilai Apakah Yang Terkandung Dalam Tari Sanghyang Dedari Di Pura Pajenengan Desa Adat Geriana Kauh Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem? Adapun teori yang digunakan untuk membedah permasalahan pada penelitian ini ada teori estetika, teori fungsional struktual, teori religi, teori nilai. Penelitian ini berbentuk rancangan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik dokumen, studi kepustakaan, setelah data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan metode deskritif kualitatif. Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : (1) Bentuk Tari Sanghyang Dedari, yaitu (a) Penari Tari Sanghyang Dedari, (b) Prosesi Ritual Tari Sanghyang Dedari, (c) Struktur Pementasan Tari Sanghyang Dedari, (d) Tata Rias dan Busana Tari Sanghyang Dedari, (d) Iringan Tembang Pementasan Tari Sanghyang Dedari, (e) Tempat Pementasan Tari Sanghyang Dedari, (f) Sarana Upacara Pementasan Tari Sanghyang Dedari, (2) Fungsi di Hadirkannya Tari Sanghyang Dedari Yaitu, (a) Fungsi Religius, (b) Fungsi Sosial, (3) Nilai Yang Terkandung Dalam Tari Sanghyang Dedari yaitu, (a) Nilai Pendidikan Tattwa, (b) Nilai Estetika, (c) Nilai Pendidikan Sosial Budaya Hindu.</em></p> I KOMANG DEDI DIANA NI LUH PUTU WIWIN ASTARI NI NYOMAN AYU NADIA DEWI ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 68 77 KAJIAN NILAI PENDIDIKAN SENI TARI KEAGAMAAN HINDU PADA TARI LEKO DI DESA ADAT SIBANGGEDE KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5832 <p>Tari Leko di Desa Adat Sibanggede merupakan tarian yang unik dan merupakan warisan tari kuno yang terdapat di banjar Parekan Desa Adat Sibanggede. Tarian leko ini mempunyai lima bagian yaitu, Condong Leko, Kupu-Kupu Tarum, Goak Manjus, Onte Leko, dan Paibing-ibingan, namun saat ini tarian ini terancam punah karena jarang dipentaskan.</p> <p>Dari latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini secara umum adalah agar masyarakat Desa Adat Sibanggede mengetahui secara umum tentang kajian nilai pendidikan agama Hindu dalam tari leko, dan secara khusus masyarakat mengetahui fungsi, struktur. gerak dan makna yang terkandung dalam Tari Leko di desa. Tradisi Sibanggede</p> <p>Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan empiris. Lokasi penelitian terletak di Desa Adat Sibanggede. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Adat Sibanggede dan objeknya adalah Tari Leko di Desa Adat Sibanggede. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode pencatatan dokumen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis analisis dengan menggunakan metode deskriptif.</p> <p>Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Dalam hal ini Tari Leko di Desa Adat Sibanggede berfungsi sebagai tari hiburan dan kadang juga berfungsi sebagai tari pelengkap Yadnya khususnya Manusa Yadnya karena tari ini sering digunakan oleh masyarakat. masyarakat Desa Adat Sibanggede sebagai sarana membayar nazar atau sacangi. (2) Struktur gerak pad tari leko ditentukan oleh bagian tari leko itu sendiri. Tari Leko ini mempunyai 2 bagian yaitu bagian pertama Pelembar dapat dibagi menjadi empat sesi tari yaitu Condong Leko, Kupu-Kupu Tarum, Goak Manjus, Onte Leko, dan bagian kedua tari Paibing-ibingan yang dimana penonton bisa ikut menari di atas panggung. (3) . Tari Leko di Sibanggede mempunyai beberapa nilai pendidikan tari religi Hindu, antara lain nilai pendidikan tattwa, nilai pendidikan sosial, nilai estetika dan nilai keagamaan yang terkandung dalam tari Leko.</p> I MADE SUDARSANA NI WAYAN YUNI ASTUTI NI KOMANG TRISNAYANTI ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 78 88 PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU YANG TERKANDUNG DALAM GEGURITAN PANCA DATU WIT DASAR JAGAT BALI DI DESA UBUNG KAJA KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5834 <p>Perkembangan agama Hindu di Bali tidak bisa lepas dari aspek seni dan kebudayaan yang mengiringi didalamnya. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian yang ada di Bali, yang berbentuk karya sastra klasik, atau lebih dikenal dengan sebutan Geguritan. Geguritan merupakan sastra klasik yang perlu dikaji, karena didalam Geguritan terdapat nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu. Salah satu karya sastra klasik yang berbentuk Geguritan adalah Geguritan Panca Datu Wit Dasar Jagat Bali. Geguritan ini merupakan geguritan yang sangat bagus dijadikan sebagai media penanaman nilai Pendidikan Agama Hindu, karena didalam Geguritan ini kaya akan nilai pendidikan yang dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan: &nbsp;Untuk mengetahui nilai, proses dan implikasi dari penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu &nbsp;dalam Geguritan Panca Datu Wit Dasar Jagat Bali di Desa Ubung Kaja Kecamatan Denpasar Utara&nbsp;kota Denpasar. Teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian ini adalah: Penelitian ini berbentuk rancangan kualitatif. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik kepustakaan, observasi, dan wawancara.</p> <p>Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh simpulan sebagai hasil penelitian, sebagai berikut: (1) Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Geguritan Panca Datu Wit Dasar Jagat Bali yaitu Nilai&nbsp;Pendidikan Tattwa, Pendidikan Susila, dan Nilai Pendidikan Upacara, (2) Proses Penanaman yang digunakan yaitu melalui proses pesantian, (3) Implikasi dari penanaman nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Geguritan Panca Datu Wit Dasar Jagat Bali yaitu memberikan hasil yang cukup baik dimasyarakat, masyarakat lebih mengetahui makna dan tujuan dari upacara yang dilakukan, meningkatkan dan menumbuhkan sraddha bakti akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.</p> <p>&nbsp;</p> I NENGAH ARTAWAN I KETUT WINANTRA KADEK TENNY MULYANI I KADEK BAGUS MAHAYANA RIAWAN ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 89 100 ORNAMEN CILI SEBAGAI MEDIA HIAS PADA SAJI BUNTILAN DI DESA ADAT SELAT, KARANGASEM https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/5835 <p>Upacara <em>Ngusaba Dimel</em>&nbsp;di Desa Adat Selat, Karangasem &nbsp;dilaksanakan satu tahun sekali dengan mengambil tegak “<em>kajeng</em>” bertepatan pada sasih “<em>tilem kaulu</em>”. Dalam Upacara <em>Ngusabe Dimel</em>&nbsp;terdapat bentuk sesajen yang disebut dengan <em>Saji Buntilan. Saji Buntilan</em>&nbsp;merupakan salah satu sarana persembahan yang diperuntukan kepada masyarakat desa untuk membayar hutang. Berbicara mengenai &nbsp;<em>Saji Buntilan</em>, di dalamnya terdapat ornamen <em>cili </em>yang berbentuk segi tiga menyerupai wajah manusia. Ornamen <em>Cili</em>&nbsp;ini dalam masyarakat Hindu di Bali, merupakan simbol Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan dan telah memberikan anugrah hasil bumi yang melimpah. Berdasarkan latar belakang sebelumnya adapaun permasalahan yang di ajukan yaitu bagaimana bentuk dan nilai-nilai pendidikan seni rupa yang terkandung dalam ornamen<em>&nbsp;cili</em>&nbsp;sebagai media hias pada <em>saji buntilan</em>&nbsp;di Desa Adat Selat Karangasem. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode kualitatif melalui langkah-langkah reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan.&nbsp;Penelitian ini menggunakan teori estetika dan teori nilai. Adapun hasil yang diperoleh berupa Ornamen <em>Cili </em>pada <em>upacara Ngusaba Dimel</em>&nbsp;di Desa Adat Selat Karangasem memiliki bentuk visual menyerupai wajah manusia terdiri dari: mata, hidung, mulut dan di atasnya terdapat mahkota yang terbuat dari berbagai bunga. Kesemuanya itu dikemas sedemikian rupa sehingga terbentuk Ornamen<em>&nbsp;Cili</em>&nbsp;yang indah dan menarik untuk di pandang serta memiliki estetika maupun makna.&nbsp;Sedangkan nilai-nilai pendidikan seni rupa&nbsp;dalam Ornamen<em>&nbsp;Cili</em>&nbsp;pada <em>saji buntilan</em>&nbsp;di Desa Adat Selat, Karangasem mengacu pada konsep estetika Hindu terdiri dari: Nilai pendidikan kesucian (<em>shiwam</em>)<em>, </em>nilai Pendidikan kebenaran<em>&nbsp;</em>(<em>Satyam</em>)<em>&nbsp;</em>dan nilai pendidikan keindahan (<em>sundaram</em>).</p> I PUTU GEDE PADMA SUMARDIANA I WAYAN ARISSUSILA I KETUT GEDE RUDITA MADE ARYA SEPTYASA ##submission.copyrightStatement## 2024-04-28 2024-04-28 6 1 101 110