WIDYANATYA https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya <p><strong>Widyanatya: </strong><strong>Journal of Religious and Art</strong><strong>s</strong><strong> Education</strong> is published by the Faculty of Education, Indonesian Hindu University. The Widyanatya Journal publication is intended as a forum for academics/ lecturers to express their thoughts, ideas, research results, as well as the development of scientific insights, especially in the fields of religious and arts education. As an academic information media, Widyanatya presents a space for scientific discourse, academic-theoretical dialogue, which can later be used as references for scientific writing for students, lecturers, and academic people. The focus and the thematic scope of the Widyanatya covers studies in the religious and arts education.</p> <p>-------------------------------------</p> <p><strong>Widyanatya: Jurnal Pendidikan Agama dan Seni</strong>&nbsp;diterbitkan oleh Fakultas Pendidikan, Universitas Hindu Indonesia. Penerbitan Jurnal Widyanatya dimaksudkan sebagai wadah bagi para akademisi/ dosen untuk menuangkan pemikiran, ide, gagasan, hasil riset, sekaligus pengembangan wawasan keilmuan khususnya di bidang pendidikan agama dan seni. Sebagai media informasi akademik, Jurnal Widyanatya menghadirkan ruang diskursus ilmiah, dialog akademik-teoretik, yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai referensi penulisan ilmiah bagi para mahasiswa, dosen, dan insan akademis. Fokus dan ruang lingkup tematik Jurnal Widyanatya meliputi studi-studi Pendidikan Agama dan Seni.&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> en-US widyanatya@unhi.ac.id (Ida Ayu Gede Yadnyawati) artawan@unhi.ac.id (I Nengah Artawan) Fri, 25 Apr 2025 03:14:34 +0000 OJS 3.1.2.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 UPACARA NGENTEG LINGGIH DI PURA DUTA DHARMA SEBAGAI MEDIA EDUKASI PENGUATAN SRADDHA BHAKTI UMAT HINDU DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7394 Pendirian sebuah Pura sebagai tempat suci peribadatan mutlak diperlukan meskipun berada jauh di tanah rantau seperti yang dilakukan umat Hindu transmigran di Distrik Miring Kabupaten Merauke Papua yang berhasil membangun sebuah Pura dengan nama Pura Duta Dharma. Namun setelah 40 tahun pendirian baru bisa dilaksanakan Upacara Ngenteg Linggih, yang sekaligus juga dapat digunakan sebagai media edukasi bagi penguatan sraddha bhakti umat Hindu setempat. Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah : 1) Mengapa Upacara Ngenteg Linggih dilaksanakan di Pura Duta Dharma Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?, 2) Bagaimakah prosesi pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih di Pura Duta Dharma sebagai media edukasi bagi umat Hindu di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?, 3) Bagaimana implikasi pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih di Pura Duta Dharma sebagai media edukasi terhadap penguatan sraddha bhakti umat Hindu Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke ?. Penelitian ini merupakan kajian kualitatif deskripstif interpretatif dengan pendekatan sosial, agama dan pendidikan. Kajian ini menggunakan teori Religi, teori Struktural Fungsional dan teori Penguatan (Reinforcement). Adapun hasil penelitian ini menyimpulkan : 1) pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih memiliki landasan/alasan konsepsi, baik teologi, filosofi maupun mitologi; 2) pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih memfungsikan seluruh unsur dalam struktur masyarakat Hindu Distrik Tanah Miring; dan 3) pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih memiliki implikasi edukasi terhadap pendidikan agama Hindu, baik Tattwa, Susila maupun Acara. I Gusti Ketut Widana, Ni Wayan Sadri, I Wayan Suasta Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7394 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM UPACARA NAWARATRI PADA MASYARAKAT HINDU ETNIS TAMIL DI KUIL SHRI PARMESWARI AMMAN MEDAN https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7398 Etnis Tamil adalah salah satu etnis asing yang menetap di Indonesia secara turun termurun sejak dahulu. Keberadaan etnis Tamil di Indonesia lebih banyak ditemukan di daerah provinsi Sumatera Utara seperti Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Asahan, Kabupaten Karo dan beberapa daerah lainnya. Etnis Tamil berasal dari India, meskipun telah lama menetap di Indonesia mereka masih mempertahankan tradisi India baik busana adat, makanan khas India, termasuk upacara keagamaan. Upacara merupakan bagian dari Tri Kerangka Agama Hindu adalah bagian terluar yang paling gampang terpengaruh dan diamati dalam kehidupan sehari-hari sehingga memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Penilitian ini bertjuan untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Nawaratri yang dilaksanakan di Kuil Parmeswari Amman. Nawaratri adalah salah satu hari suci yang dirayakan antara bulan September dan Oktober pada tahun masehi atau bulan Kartika pada kelender Saka. Nawaratri menitikberatkan pada pemujaan kepada Tri Sakti yaitu, Dewi Dhurga, Laksmi, dan Saraswati. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah kualitatif deskripsi dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakukan penelitian ditemukan hasil bahwa adapun nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Nawaratri yaitu 1)nilai tatwa/ketuhanan; 2)nilai susila/etika; 3)nilai keindahan/estetika. Ni Wayan Sukmawati Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7398 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 PENERAPAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA SEBAGAI LANDASAN NILAI PENDIDIKAN ETIKA SISWA SDN 02 KARANG MENJANGAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2022/2023 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7399 Berpikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat yang baik tentulah menjadi hal yang diinginkan oleh setiap manusia oleh karena itu perlunya pembentukan Sikap dan prilaku seseorang dengan menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha yang baik. Dalam agama Hindu, etika dinamakan “Susila” yang berasal dari dua suku kata yakni “Su” dan “Sila”. Su artinya baik dan sila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik. Etika atau susila terdapat dalam Tri Kerangka dasar agama Hindu yaitu tattwa, etika, dan upacara, yang digunakan sebagai dasar pedoman umat Hindu. Etika adalah rasa cinta, kasih sayang dimana seseorang dapat menerima etika itu karena ia bisa mencintai dan menghargai orang lain sama seperti ia mencintai dan mengharagi dirinya sendiri. Etika sebagai landasan dalam kehidupan beragama yang terdapat dalam ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu manacika parisudha, wacika parisudha, dan kayika parisudha. Dari ketiga bagian Tri Kaya Parisudha yang paling penting adalah Pikiran (manah), pikiranlah yang menentukan dan mempengaruhi cara manusia berbicara ataupun berbuat. Tujuan penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha adalah untuk mendalami atau lebih memahami nilai pendidikan etika siswa, yang diterapkan dalam ajaran Tri Kaya Parisudha. Hasil yang diharapkan dari penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha sebagai landasan Nilai Pendidikan Etika siswa adalah agar peserta didik menjadi orang yang memiliki prilaku, tata karma, karakter, sopan santun, disiplin, dan saling menghormati kepada orang yang lebih tua dan sesama temannya. Ni Putu Ekawati Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7399 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 EKSISTENSI TAKSU PADA MASYARAKAT HINDU DI KOTA DENPASAR KAJIAN TEOLOGI HINDU https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7405 Globalisasi dan modernisasi mempengaruhi kehidupan masyarakat Hindu di Kota Denpasar terutama dalam aspek beragama Hindu. Tradisi budaya pada masyarakat Bali menyimpan banyak hal yang bersifat misterius. Salah satunya adalah konsepsi taksu, yang banyak diyakini oleh masyarakat Bali pada umumnya, dan masyarakat Denpasar pada khususnya sebagai energi puncak atau kekuatan spiritual yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sosio-religius, termasuk kehidupan berkesenian Bali. Berdasarkan hal itu, maka perlu merekonstruksi ajaran ketuhanan (teologi) melalui penelitian eksistensi taksu khususnya taksu pregina (seniman ) pada masyarakat Hindu di Kota Denpasar. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang Eksistensi taksu khususnya taksu pregina (seniman) pada masyarakat Hindu di Kota Denpasar, Tujuan penelitian ini adalah mengetahui, memaparkan, dan menganalis eksistensi taksu khususnya taksu pregina pada masyarakat Hindu di Kota Denpasar. Adapun teori yang digunakan dalam menganalisis rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : (1) teori fenomenologi, dan (2) teori religi). Penelitian ini menggunakan metode ilmiah, studi kepustakaan, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal berikut ini : (1) konsepsi taksu terbukti eksis sampai sekarang pada masyarakat Hindu di kota Denpasar, termasuk didalamnya (2) pelinggih atau sanggah taksu, (3) jenis-jenis taksu, (4) proses memperoleh taksu, (5) tiga pilar taksu, (6) Tri Guna, (7) taksu di era Globalisasi. I Made Rudita, I Putu Gede Budhi Danaswara, I Nyoman Surianta Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7405 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 KONTESTASI TEOLOGIS PADA PURA PENATARAN AGUNG CATUR PARHYANGAN RATU PASEK DI DESA PAKRAMAN PUNDUKDAWA KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI BALI https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7406 Tahun 2016 yang lalu, dibangun satu pura besar di atas bukit yang diberi nama Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Mpu Gana, bertempat di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Latar belakang berdirinya Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasêk Linggih Mpu Gana, di Desa Pakraman Pundukdawa, Kabupaten Klungkung adalah karena semakin terdidik dan kritisnya generasi muda Bali yang bisa menilai lingkungan sosialnya. Mereka bakti kepada Ida Bhatàra Kawitan dan Leluhur sebagai kewajiban, bhisama Ida Bhatara Kawitan dan Leluhur yang menegaskan bahwa Warga Pasêk adalah keturunan Bràhmana Jati yang harus dipatuhi. Warga Pasêk merasakan adanya diskriminasi oleh kelompok Tri Wangsa pada saat itu. Ajaran teologi Hindu yang dijadikan landasan pembangunan bangunan suci di Pura Penataran Agung adalah teologi Hindu Saiva Siddhànta khususnya ajaran yang tersurat dalam kitab Vrhaspati Tattva, Tattva Jñàna dan Mahàjñàna yang menguraikan tentang Tri Purusa (Siva, Sadasiva dan Parama Siva) dalam bentuk Padmàsana sebagai sthana suci dan implementasinya dalam wujud pura dengan bangunan suci berupa padmàsana dan meru. Upacara yang dilaksanakan adalah upacara mapeselang dengan ma-jajiwan yang mengandung ajaran anekatva menjadi ekatva, yaitu polytheisme menuju monotheisme bahkan monisme. Pembangunan pura beserta upacara-upacaranya mengikuti upacara di Pura Dasar Bhuwana Gelgel, menunjukkan kontestasi bahwa Warga Pasek adalah besar dan mampu menunjukkan dirinya mempunyai pura dengan pemujaan khusus kepada Sang Hyang Pasupati yang tidak dapat dijumpai pada pura yang lainnya di Bali atau pun juga di luar Bali. I Gde Widya Suksma, Ni Putu Asri Suryati, A.A Dwi Dirgantini Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7406 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 WARAK KERURON SEBAGAI WUJUD UPACARA PITRA YADNYA PALING SEDERHANA https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7407 Sebuah tradisi yang dijaga dengan baik merupakan salah satu alat penyaring bentuk serbuan kehidupan modern. Semuanya bisa dipilah, mana yang baik dan mana yang buruk, dengan mengacu pada ajaran tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur. Umat Hindu memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada disebabkan oleh suatu hal yang ada atau terjadi sebelumnya. Dari keyakinan tersebut memunculkan sebuah konsep hukum alam yang disebut dengan Karmaphala, atau hasil dari perbuatan. Sehubungan dengan hal tersebut, sebuah upacara yaitu Warak Keruron merupakan salah satu cara untuk membebaskan roh bayi dari belenggu yang mengikatnya di dunia agar sang roh dapat kembali ke asalnya. Bilamana hal ini tidak dilaksanakan tentu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kehidupan sang ibu maupun sang ayah. Selama ini istilah Warak Keruron sangat jarang terdengar di masyarakat, padahal upacara ini sendiri sudah ada sejak dahulu. Warak Keruron bertujuan serta berfungsi untuk membersihkan atau mensucikan kondisi seorang ibu secara psikologis maupun jasmani. Roh yang di upacarai akan kembali ke alamnya dengan jalan sempurna sedangkan bagi orang tua yang masih mengharapkan keturunan diberikan kemudahan dan siap secara lahir bathin. Demikian pentingnya upacara Warak Keruron sebagai bentuk paling sederhana dalam upacara Pitra Yadnya dan sebaiknya dilakukan oleh pasangan suami istri atau bagi yang mengalami keguguran. Ida Bagus Purwa Sidemen, Ida Bagus Ngurah Bradijaya Manuaba, I Nengah Artawan Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7407 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI BAGI SISWA KELAS V DI SD NEGERI 3 BATUAN SUKAWATI GIANYAR https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7408 Pendidikan memiliki peran yang krusial dalam perkembangan individu serta karakter siswa. Hal ini nampak dalam pendidikan agama Hindu, yang tidak hanya menekankan pembelajaran mental dan spiritual, tetapi juga berusaha membentuk akhlak yang baik melalui ajaran agama. Dalam pembelajaran berdiferensiasi pada pendidikan agama Hindu dan budi pekerti, penekanan berada pada penggunaan metode yang dapat memenuhi kebutuhan siswa. Pembelajaran yang disesuaikan memberi guru kesempatan untuk menciptakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa, sehingga meningkatkan partisipasi aktif mereka dalam proses belajar. Melalui metode ini, diharapkan siswa akan memperoleh pengetahuan yang tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan: Bagaimana pihak sekolah memahami pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti bagi siswa kelas V di SD Negeri 3 Batuan?, proses pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran pendidikan agama hindu dan budi pekerti bagi siswa kelas V di SD Negeri 3 Batuan, dan Bagaimana implikasi pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran pendidikan agama hindu dan budi pekerti bagi siswa kelas V di SD Negeri 3 Batuan?. Teori yang digunakan untuk memecah masalah penelitian adalah Teori Konstruktivisme dan Teori Belajar Bermakna. Penelitian ini berbentuk rancangan kualitatif deskriptif. Data yang di kumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan: 1) pihak sekolah memahami pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti, 2) proses pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti, dan 3) implikasi pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti. Kadek Tenny Mulyani, Putu Septia Dewi Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7408 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 IMPLEMENTASI SKEMA PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH PENGGERAK (STUDI KASUS PENINGKATAN KESADARAN SPIRITUAL SISWA) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7409 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi skema pembelajaran Pendidikan Agama Hindu di Sekolah Penggerak serta menganalisis kontribusinya terhadap peningkatan kesadaran spiritual siswa. Latar belakang penelitian ini didasari oleh pentingnya pendidikan spiritual dalam membentuk karakter peserta didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Hindu dan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang dilaksanakan di SD Negeri 7 Pedungan dan SD Negeri 10 Pedungan, yang merupakan bagian dari Sekolah Penggerak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skema pembelajaran Agama Hindu diimplementasikan melalui pembelajaran tematik, praktik spiritual (seperti sembahyang bersama dan pembuatan banten), serta penguatan nilai-nilai tatwam asi, tri kaya parisudha, dan tri hita karana dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif, tetapi juga pada afektif dan psikomotorik yang menumbuhkan kesadaran spiritual siswa secara menyeluruh. Implementasi ini sejalan dengan teori pendidikan transformatif dan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning). Penelitian ini menyimpulkan bahwa skema pembelajaran Agama Hindu di Sekolah Penggerak efektif dalam membentuk spiritualitas siswa dan mendukung visi pendidikan nasional yang holistik. Dewa Kadek Sudyana, Putu Maha Aryawan Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7409 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7410 Pendekatan pembelajaran yang efektif akan menarik minat siswa serta mendorong siswa untuk merubah sikap dan karakter yang ada di dalam diri mereka. Pendekatan SCL merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam membangun karakter siswa. Dengan diterapkannya pendekatan SCL dalam proses pembelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti akan membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa terhadap pembangunan karakter. Penelitian ini merupakan kajian kualitatif dengan menggunakan teori Kontruktivisme, teori Humanistik, teori Belajar Bermakna. dimana data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumen Hasil dari penelitian ini menyimpulkan : 1) Pihak guru pendidikan agama hindu dan budi pekerti dalam memahami pendekatan SCL, 2) Proses penerapan pendekatan SCL pada mata pelajaran pendidikan agama hindu dan budi pekerti dalam membangun karakter siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kuta Utara Kabupaten Badung 3) Implikasi pendekatan SCL pada mata pelajaran pendidikan agama hindu dan budi pekerti terhadap perubahan sikap siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kuta Utara, Kabupaten Badung Ni Putu Sudani Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7410 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 KARYA SENI REJANG PUSPA CITTA NAYA PADA GONG GEDE DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KEAGAMAAN HINDU https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7411 Menarik mencermati karya Rejang Puspa Citta Naya dalam konteks pendidikan agama Hindu. Tujuannya adalah mendapatkan kejelasan dari persoalan ide dan konsep bentuk garap sebagai simbol pencerahan bagi masyarakat Hindu di Bali. Permasalahannya bagaimana proses pendidikan keagamaan Hindu dapat menjadi media pencerahan pada bentuk karya Rejang puspa Citta Naya. Tulisan ini berangkat dari hasil pencermatan kontemplasi yang dituang dalam bentuk karya pertunjukan. Menggunakan pendakatan kualitatif di mana data sepenuhnya diolah dari dari primer dan sekunder untuk dapat kemudian disimpulkan. Beberapa temuan dari kegiatan pencermatan ini menemukan bahwa dalam koteks pendidikan karya Rejang Puspa Citta Naya tidak semata tentang estetika namun secara intrinsik tersembunyi nilai-nilai lokalitas yang menggandeng konsep keagamaan Hindu di dalamnya. I Nyoman Winyana, I Wayan Sukadana, I Kadek Suryantara Asmara Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7411 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 LUKISAN APEL HENDRAWAN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER SENI RUPA RELIGIUS https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7412 Karakter religius pada lukisan karya Apel Hendrawan merupakan hasil dari dedikasi dan komitmen diri sebagai seorang pelukis magic yang berangkat dari keterpurukan diri dari masa rehabilitasi narkoba serta hasil penerimaan kode spiritual inisiasi dari kepercayaan pada dunia gaib atau roh-roh suci. Inilah yang menjadi Apel Hendrawan sebagai seorang pelukis dan karyanya terkandung ciri khas yang unik spesifik berkarakter pendidikan seni rupa religius. Sangat unik untuk diteliti dalam sebuah penelitian berjudul; Lukisan Apel Hendrawan sebagai media pendidikan karakter seni rupa religius. Dengan masalah; Mengapa lukisan Apel Hendrawan dipakai sebagai media pendidikan karakter seni rupa religius? Bagaimana bentuk penerapan lukisan Apel Hendrawan sebagai media pendidikan karakter seni rupa religius?, Apakah implikasi adanya penerapan lukisan Apel Hendrawan sebagai media edukasi pendidikan karakter seni rupa religius. I Kadek Sumadiyasa, I Putu Gede Padma Sumardiana, Ni Luh Putu Trisdyani, I Ketut Suwidiarta, Ida Bagus Gede Suyogo Putra Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7412 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000 GAMELAN GONG BERI DALAM PELAKSANAAN UPACARA NGATURANG PAKELEM PADA PURNAMA KELIMA DI BANJAR SEMAWANG KELURAHAN SANUR, DENPASAR SELATAN https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7415 Gamelan gong beri yang berada di Banjar Semawang merupakan salah satu gamelan Bali yang sangat disakralkan oleh masyarakat setempat dan juga merupakan sebuah ansamble gamelan yang tidak lepas kaitannya dengan sesolahan (tarian) baris cina. Pementasan dari gamelan Gong Beri tersebut pun tidak dilaksanakan sembarangan, ada beberapa sarana khusus baik dari hari pementasan maupun lokasi pementasan. Seperti halnya gamelan gong beri yang berada di banjar semawang, barungan gamelan tersebut dipentaskan dengan konteks sakral dan wajib dihadiri baik dari Pengempon (yang bertanggung jawab), pementasan gamelan gong beri banjar semawang dilakukan pada rahinan purnama kelima dan dipentaskan di Pantai Semawang. Prosesi tersebut dinamakan dengan ngatur pekelem serta lokasi dari pementasan pun tidak dipilih sembarangan, dikarenakan, pada pesisir Pantai Semawang, terdapat sebuah gundukan pasir yang tinggi dan biasa disebut dengan “muntig” oleh masyarakat setempat khususnya Banjar Semawang. lokasi tersebut menjadi tempat dipentaskannya gamelan gong beri pada rahinan purnama kelima dan prosesi ngatur pekelem sehingga tetap dilaksanakan sampai sekarang. I Ketut Gede Rudita, Pande Gede Eka Mardiana, I Wayan Arissusila, I Kadek Yogi Andika Copyright (c) https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/widyanatya/article/view/7415 Fri, 25 Apr 2025 00:00:00 +0000