PENGELOLAAN KARYA LUKIS DI MUSEUM LUKISAN SIDIK JARI

  • I Putu Gede Padma Sumardiana Universitas Hindu Indonesia
  • Ni Luh Putu Trisdyani Universitas Hindu Indonesia
Keywords: karya lukis, museum sidik jari

Abstract

The importance of art management to manage artistic activities is often overlooked by art performers. The lack of attention of artists to art governance often leads to a lack of professional performance in managing works of art (painting). This phenomenon causes not many artists to be known in the community because of the lack of information about works of art (painting) or the studio where the artist creates his work.The maintenance of works at the Fingerprint museum to the cleanliness of the works is done personally. Of course, for the distribution of works and maintenance of works, the quality and quality are guaranteed because Ngurah Gede Pemecutan has so much experience when he was the head of a division in a foreign company. This experience has enabled him to manage this museum well and sustainably.

 

ABSTRAK

Pentingnya manajemen seni untuk mengelola kegiatan berkesenian seringkali diabaikan oleh pelaku seni. Kurangnya perhatian seniman terhadap tata kelola seni sering menyebabkan kurangnya kinerja professional dalam mengelola karya seni (lukis). Fenomena ini yang menyebabkan tidak banyak seniman yang dikenal di masyarakat karena kurangnya informasi mengenai karya seni (lukis) atau studio tempat seniman itu mewujudkan karyanya. Pemeliharaan karya di museum Sidik Jari sampai dengan kebersihan karya dikerjakan secara pribadi. Tentunya untuk pendistribusian karya dan perawatan karya terjamin mutu dan kualitasnya karena begitu banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh Ngurah Gede Pemecutan ketika beliau menjabat sebagai kepala bagian di perusahaan asing. Pengalaman inilah yang membuat beliau dapat mengelola museum ini secara baik dan berkelanjutan.

 

References

Chong, D. (2010). Arts Management. Routledge.

Crosby, B. (1991). Stakeholder Analysis : A Vital Tool for Strategic Managers. U.S Agency for International Development, 2, 1–6.

Dannawan, E. (2005). “Ruang Publik dan Kualitas Ruang Kota”. [Seminar Nasional PESAT], 23–24.

Darmawan, E. (2007). “Peranan Ruang Publik Dalam Perancangan Kota (Urban Design)”. [Dokumentasi]. Semarang: Diponegoro University Press.

Dickie, G. (2001). Art and Value. Blackwell Publisher.

Freeman, R. E. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman.

Hantono, D. (2019). Kajian Perilaku Pada Ruang Terbuka Publik. Nalars: Jurnal Arsitektur, 18 (1), 45–46.

Hilman, A., & Keim, G. (2001). Shareholder value, stakeholder management, and social issues : What’s the bottom line? Strategic Management Journal, 22, 125–139.

Laurens, J. M. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT Grasindo. Marshal, E. M. (1995). Transforming The
Way We Work: The Power of The

Collaborative Workplace. Amacom. Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Ngabito, O. F. (2020). Pengelolaan Galeri Seni Langgeng Art Space dan Cemeti Art House di Yogyakarta. Jurnal Tata Kelola Seni, Vol. 6, No. 1, pp. 43-52.

Reuben, K. (2009). Spaces of Art. Artspace Visual Arts Centre.

Sianturi, E. (2015). Gaya Kepemimpinan dan Pengelolaan Organisasi Seni Pertunjukan Studi Kasus Teater. Jurnal Tata Kelola Seni, Vol.1, No.1, pp. 75-98.

Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. Andi.

Thoha, M. (2004). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Published
2022-05-21