KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI ESTETIS ARCA DEWATA NAWASANGA
Abstract
Abstrak
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa dewi. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung. Arca Dewata Nawasanga merupakan benda sakral yang biasanya berada di Pura – Pura yang ada di Bali . Arca ini memiliki keunikan yaitu sebagai simbolis pembangunan Pura, selain itu juga mengambil wujud manusia dengan hiasan lengkap serta ornament ciri khas Hindu Bali. Dalam bentuk arca Dewata Nawasanga menggunakan tata busana seni pewayangan Bali. Pembuatan arca menggunakan bahan batu tabas, batu lahar, perunggu, kayu dan ada juga yang menggunakan emas. Cara pembuatannya dengan berbagai macam Teknik pahat atau ukir dan juga casting cetakan. Ornament yang di terapkan pada arca Dewata Nawasanga yaitu, keketusan, pepatran dan kekarangan. Fungsi arca Dewata nawasanga adalah sebagai kronogram simbolis pembangunan pura, selain itu fungsi arca Dewata Nawasanga adalah sebagai objek persembahan, selanjutnya arca dewata Nawasanga berfungsi sebagai benda seni seni yang bersifat sakral serta dalam penciptaannya mengacu pada konsep kesucian (Shiwam) konsep kebenaran (Satyam) serta konsep Keindahan (Sundaram).
Kata Kunci : Bentuk, Makna , Estetis, Dewata Nawasanga
Abstract
Arca is a statue made with the main purpose of being a religious medium, namely a means of worshiping gods or gods and goddesses. The statue is different from the statue in general, which is a result of art that is intended as a beauty. Therefore, making a statue is not as simple as making a statue. The statue of the Gods Nawasanga is a sacred object which is usually found in temples in Bali. This statue is unique, namely as a symbol of the construction of a temple, besides that it also takes on a human form with complete decoration and ornaments typical of Balinese Hinduism. In the form of a statue of Dewata Nawasanga, it uses Balinese wayang art attire. The making of the statues uses tabas stone, lava stone, bronze, wood and some use gold. How to make it with a variety of sculpting or carving techniques and also casting molds. The ornaments that are applied to the statue of Dewata Nawasanga are sharpness, pepatran and artistry. The function of the Dewata Nawasanga statue is as a symbolic chronogram for the construction of the temple, besides that the function of the Dewata Nawasanga statue is as an offering object, then the Nawasanga Dewata statue functions as a sacred art object and in its creation refers to the concept of holiness (Shiwam) the concept of truth (Satyam) and the concept of Beauty (Sundaram).
Keywords: Form, Meaning, Aesthetic, Dewata Nawasanga
References
Mantra, I. B. (1996). Landasan Kebudayaan Bali. Yayasan Dharma Sastra.
Kistanto, N. H. (2017). Tentang Konsep Kebudayaan. Sabda?: Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(2), 1–11. https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248
Subrata, (2012). Buku Menggambar Wayang. Gianyar : SMKN 2 Sukawati.
Sugiyono. (2013). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata. (2008). Metode Penel
Suhardi, U., & Suadnyana, I. B. P. E. (2022). MAKNA SOSIAL RERAJAHAN SEMARA RATIH. Jnanasiddhanta: Jurnal Teologi Hindu, 3(1), 92-100.
Suripto, B. A., & Pranowo, L. (2001). Relief jenis-jenis fauna dan setting lingkungannya pada pahatan dinding candi Borobudur (Fauna and environmental setting reliefs on sculptured wall of the Borobudur temple). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 8(1), 37-48.
Swiastrawan, i gustibagus, D. (2022). Swara Vidya /. Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja ESENSI, II(1), 88–97.
Triguna Yuda, I.B. (2000). Teori Tentang Simbol. Denpasar : Widya Dharma Universitas Hindu Indonesia
Triguna, Yuda (1998). Metodelogi Riset. Solo: CV Aneka