FAKTOR TERJADINYA TRANSFORMASI ETNOPEDAGOGI PADA SILA SESANA SISYA BRAHMANA BUDDHA DI PURI SEMARAPURA
Abstract
Pendidikan yang berasal dari kearifan lokal, tidak hanya bisa di adaptasi dalam pendidikan formal. Pendidikan informal dan non forma menjadi wadah yang besar dalam ranah pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Salah satunya dapat dilihat dari budaya parampara pendidikan kesulinggihan Brahmana Buddha yang berasal dari tradisi paguron Buddhakeling yang diturunkan pada salah satu Sisya-nya di Puri Semarapura, sampai berdampak pada transformasi menjadi Sisya yang berkarakter Prajna Paramita. Artikel ini bertujuan mengungkapkan faktor transformasi etnopedagogi pada Sila Sesana Sisya Brahmana Buddha di Puri Semarapura. Hasil studi menunjukan ada tranformasi dalam ranah pikiran, perkataan dan perbuatan serta pola pendidikan yang bertahap melalui wiku dhang acarya, wiku ngeraga dan wiku anglokapalasraya. Dalam konteks inilah peran Sila Sesana Sisya Brahmana Buddha di Puri Semarapura, yang diwariskan secara tangible dan itangibel, penting untuk mengoptimalisasi kemampuan seorang Brahmana Buddha dalam memahami, bersikap dan berpraktik dalam teks Sesana melalui sastra agama dalam kehidupan praksis aktual. Dari uraian di atas patut diberikan jawaban atas beberpa pertanyaan sebagai berikut: (1) Faktor Transformasi Pemahaman Wiku Dhang Acarya Dalam Ajaran Tattwa, Tantra, Mantra, Yantra dan Sad Dharma. (2) Faktor Transformasi Sikap Wiku Ngeraga Dalam Ajaran Catur Bandana Dharma. (3) Faktor Transformasi Keterampilan Wiku Angloka Palasraya Dalam Ajaran Pendidikan Puja Surya Sewana, Puja Peganggan Jangkep dan Puja Weda Ageng. Dengan pernyataan di atas, untuk mebedah pertanyaan tersebut menggunakan teori Humanistik-Maslow (1950) Menurut pendapat Maslow (dalam Setiawan, 2017:12) bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa memahami lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri). Faktor transformasi dalam mempelajari etnopedagogi merupakan hal penting bagi pendidikan seorang Sulinggih. Dengan demikian perlu kiranya meneliti ”Faktor Terjadinya Transformasi Etnopedagogi Pada Sila Sesana Sisya Brahmana Buddha Di Puri Semarapura”
References
Firmansyah, H., Ramdahan, I., & Wiyono, H. (2021). Pembelajaran Berbasis Etnopedagogi. Klaten, Jawa Tengah: Lakeisha.
Kandahjaya, H. (2022). Tiada Dharma Mendua, Kajian Terjemahan Sanghyang Kamahayanikan. Jakarta Barat: Karaniya.
Lase, D. (2019). Pendidikan di era revolusi industri 4.0. Jurnal Sunderman-Taman Siswa, 33.
Latif, Y. (2020). Pendidikan Yang Berkebudayaan, Histori, Konsepsi dan Aktualisasi Pendidikan Transformatif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sutjipta, N. (2016). Dunia Spiritual dan Pendidikan Sulinggih (Grya dan Pasraman Sulinggih). Lampung: Narasumber Dharma Wacana dalam rangka Karya Ngenteg Linggih di Kabupaten Way Kanan Lampung.
Sandika, I. K. (2022). Tantra Ilmu Kuno Nusantara. Tangerang Selatan-Banten: Javanica.
Mudana, I. N., & Dwaja, I. N. (2018). Pendidikan Agama Hindu dan Budhi Pekerti SMA/SMAK kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Titib, D. M. (2003). Teologi dan Simbul-simbul agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Tim Penulis, P. S. (2005). Wiku Sesana Dalam Kesusastraan Jawa Kuno : Sarasamucchaya, Wretti Sasana, Siwa Sasana, Sila Krama, Purbha Sasana, Rajapati Gondala. Klungkung: Dharmopedesa Kabupaten Klungkung.
Wahyudy. (2019). Transformasi Budaya Disekolah. Jurnal Al-Madaras, 10.
Wahyudy, S. N. (2019). Transformasi Budaya Tradisi Masyarakat Agraris Pada Generasi Muda: Analisis Transformasi Gendongan Lesung di Desa Wisata Kandri Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Semarang: urusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Zaeny. (2005). Transformasi Sosial dan Gerakan Islam di Indonesia. Surabaya: (http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:G8CVJBtxkMMJ:serbasejarah.files.wor.