STRUKTUR DRAMATIK PERTUNJUKAN DRAMA KLASIK SANGGAR TEATER MINI LAKON SUMPAH RAMA PARASU KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI
Abstract
Didalam agama Hindu ada sebuah ajaran yang disebut Putra Sesana. Putra Sesana
terbentuk dari dua kata, Putra yang berarti anak, Sesana yang berarti kewajiban . Jadi Putra
Sesana mempunyai arti tata krama atau aturan-aturan yang wajib dilaksanakan atau laranganlarangan yang harus diperhatikan oleh seorang anak terhadap orang tuanya, atau seorang
siswa kepada gurunya dalam lingkungan rumah tangga atau sekolah ( pesraman ). Tata tertib
ini sangat penting artinya bagi umat manusia sebagai rambu-rambu di dalam rangka
mengabdikan diri, guna dapat mengantar dirinya memasuki tahapan kehidupan rohani yang
lebih baik dan maju. Tata krama tersebut berupa anjuran dan larangan yang harus
diperhatikan oleh seorang anak atau siswa agar terhindar dari segala cela dan dosa. Ajaran
Putra Sesana bila diartikan secara luas akan menyangkut hubungan siswa (sisya) dengan
Catur Guru. Ada empat unsur yang disebut dengan Catur Guru, yaitu pertama : Guru
Swadhyaya yaitu Tuhan Yang Maha Esa, kedua, Guru Rupaka yaitu orang tua yang
memberikan rupa kita yang tidak lain ialah ayah-ibu kita, ketiga Guru Pengajian yaitu guru
di sekolah yang memberikan ilmu (aji) kepada kita, dan keempat adalah Guru Wisesa yaitu
pemerintah yang berkuasa terhadap kita sebagai warga negara. Dalam melakukan pendidikan
agama tidak harus dilakukan dalam pendidikan formal saja, melainkan bisa melalui
transformasi budaya, salah satunya nilai-nilai pendidikan agama bisa disampaikan melalui
seni pertunjukan drama, khususnya pertunjukan drama klasik. Untuk menjawab masalah di
atas, dalam hal mengetahui Penerapan ajaran Putra Sesana melalui transformasi budaya Bali
berupa pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini, perlu dibuat suatu penelitian
mengenai bentuk, fungsi dan makna penerapan ajaran Putra Sesana dalam pertunjukan
drama klasik Sanggar Teater Mini dengan lakon Sumpah Ramaparasu.
Penelitian ini berjudul “Penerapan Ajaran Putra Sesana Pada Pertunjukan Drama
Klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah Rama Parasu”.Kajian (Bentuk dan Fungsi)”
WIDYANATYA | Volume 6 Nomor 2 | 2024 e-ISSN:2656-7573/P-ISSN:2088-888
80
WIDYANATYA | Volume 6 Nomor 2 | 2024 e-ISSN:2656-7573
adalah hasil studi yang mendalam terhadap nilai pendidikan karakter pada pertunjukan
drama klasik. Penelitian ini mengangkat dua pokok masalah yaitu : 1) untuk mengetahui dan
menganalisis bentuk struktur dramatik pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon
Sumpah Rama Parasu ; 2) untuk mengetahui dan menganalisis fungsi pertunjukan drama
klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah Rama Parasu. Secara umum, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan peranan penting dari Penerapan Ajaran Putra
Sesana dalam pertunjukan pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah
Rama Parasu . Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk struktur
dramatik dan fungsi pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakonSumpah Rama
Parasu. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan dua teori :
teori estetika dan teori fungsional struktural. Metode-metode pengumpulan data yang
digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.Seluruh data diolah
menggunakan tehnik deskriptif interpretatif. Hasil dari penelitian ini adalah sebagaiberikut ;
Bentuk struktur dramatik pertunjukan drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Tragedi Bali
adalah sebagai berikut : (1) tema, (2) alur, (3) latar, (4) penokohan, (5) insiden dan (6)
amanat. Sedangkan fungsi drama klasik Sanggar Teater Mini lakon Sumpah Rama Parasu
adalah sebagai berikut : (1) fungsi ekonomi, (2) fungsi hiburan, (3) fungsi promosi dan (4)
fungsi komunikasi.
References
Alwasilah, C. 2002. Pokoknya Kualitatif Dasardasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Bandung : Pustaka Jaya.
Anom Ranuara, Ida Bagus. 2018. “Prasawya 40 Tahun Teater Mini Badung, Perjalanan 10 Tahun Terakhir”. Denpasar : Udayana University Press.
Djelantik, A.A. M 2004. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Dibia, I Wayan. 2010.”Pertunjukan Wayang Kulit Bali dari Wacak ke Kocak”. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional dengan tema Aestetic of ShadowPuppet
Theater. Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN).Denpasar 12 Juni. Jiwa Atmaja. 2009. Tri Dasa Warsa Teater Mini Badung. Denpasar : Udayana University Press.
Miles, Mattew B. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-metode Bara, Jakarta : UI Press..
Nasir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Redana, I Made 2005. Panduan Praktek Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal. IHDN Denpasar. WIDYANATYA | Volume 6 Nomor 2 | 2024 e-ISSN:2656-7573/P-ISSN:2088-88894
WIDYANATYA | Volume 6 Nomor 2 | 2024 e-ISSN:2656-7573 Rota, Ketut 1990 Retorika sebagai Ragam Bahasa Panggung dalam Seni Pertujukan Wayang Kulit Bali, Laporan Penelitian, STSI Denpasar.
Satori, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Setya Yuwana, 2001. Metode Penelitian Kebudayaan, Surabaya : Unesa Unipress
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfa beta
Suwija, I Nyoman. 2007. “Kritik Sosial Wayang Kulit Inovatif Bali : Kajian Wacana Naratif”.(Desertasi). Denpasar : Universitas Udayana .
Tamburaka, Rustam E. 2002. Pengatar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat & Iptek. Jakarta : Rineka Cipta.
Wicaksana, I Dewa Ketut. 2007. Wayang Sapuh Leger. Fungsi dan Maknanya dalam masyarakat Bali. Denpasar : Bali Post.