KONTESTASI TEOLOGIS PADA PURA PENATARAN AGUNG CATUR PARHYANGAN RATU PASEK DI DESA PAKRAMAN PUNDUKDAWA KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI BALI
Keywords:
Pura Penataran Agung, Teologi Hindu, Kontestasi
Abstract
Tahun 2016 yang lalu, dibangun satu pura besar di atas bukit yang diberi nama Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Mpu Gana, bertempat di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Latar belakang berdirinya Pura Penataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasêk Linggih Mpu Gana, di Desa Pakraman Pundukdawa, Kabupaten Klungkung adalah karena semakin terdidik dan kritisnya generasi muda Bali yang bisa menilai lingkungan sosialnya. Mereka bakti kepada Ida Bhatàra Kawitan dan Leluhur sebagai kewajiban, bhisama Ida Bhatara Kawitan dan Leluhur yang menegaskan bahwa Warga Pasêk adalah keturunan Bràhmana Jati yang harus dipatuhi. Warga Pasêk merasakan adanya diskriminasi oleh kelompok Tri Wangsa pada saat itu. Ajaran teologi Hindu yang dijadikan landasan pembangunan bangunan suci di Pura Penataran Agung adalah teologi Hindu Saiva Siddhànta khususnya ajaran yang tersurat dalam kitab Vrhaspati Tattva, Tattva Jñàna dan Mahàjñàna yang menguraikan tentang Tri Purusa (Siva, Sadasiva dan Parama Siva) dalam bentuk Padmàsana sebagai sthana suci dan implementasinya dalam wujud pura dengan bangunan suci berupa padmàsana dan meru. Upacara yang dilaksanakan adalah upacara mapeselang dengan ma-jajiwan yang mengandung ajaran anekatva menjadi ekatva, yaitu polytheisme menuju monotheisme bahkan monisme. Pembangunan pura beserta upacara-upacaranya mengikuti upacara di Pura Dasar Bhuwana Gelgel, menunjukkan kontestasi bahwa Warga Pasek adalah besar dan mampu menunjukkan dirinya mempunyai pura dengan pemujaan khusus kepada Sang Hyang Pasupati yang tidak dapat dijumpai pada pura yang lainnya di Bali atau pun juga di luar Bali.References
Ananda, I Nyoman. 2004. Wrhaspatitattwa, Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna, Tesis Magister Brahma Widya, Program Pascasarajana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Atmaja, Nengah Bawa. 2002. Teologi Hindu Dalam Konteks Nusantara, Makalah Seminar PPs Magister Agama Hindu Brahma Widya, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Denpasar, 29 Desember 2002
Bagus, Lorenz. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaranigrat. 2003.Pengantar Antropologi , Pokok-pokok Etnografi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaranigrat. 2002. Pengantar Antropologi , Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Monier, Sir William Monier.1986. Sanskrit-English Dictionary. New Delhi, India: Motilal Banarsidass.
Pudja, I Gede. 1999. Teologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya: Penerbit Paramita.
Titib, I Made. 1996. Veda, Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Penerbit Paramita.
Internet
Fauzy dalam usmadihambali 11. blogsport.com, 2013...diunduh tanggal 2 November 2017).
Raigad, 2013: 20) www.srimatham.com/uploads/5/... diunduh tanggal 2 November 2017).
Artiningrat dalam www.mantrahindu.com/tumpek-uduhwarigaatagbubuh-filosofi-tata-cara-dan-mantran
Atmaja, Nengah Bawa. 2002. Teologi Hindu Dalam Konteks Nusantara, Makalah Seminar PPs Magister Agama Hindu Brahma Widya, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Denpasar, 29 Desember 2002
Bagus, Lorenz. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaranigrat. 2003.Pengantar Antropologi , Pokok-pokok Etnografi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaranigrat. 2002. Pengantar Antropologi , Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Monier, Sir William Monier.1986. Sanskrit-English Dictionary. New Delhi, India: Motilal Banarsidass.
Pudja, I Gede. 1999. Teologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya: Penerbit Paramita.
Titib, I Made. 1996. Veda, Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Penerbit Paramita.
Internet
Fauzy dalam usmadihambali 11. blogsport.com, 2013...diunduh tanggal 2 November 2017).
Raigad, 2013: 20) www.srimatham.com/uploads/5/... diunduh tanggal 2 November 2017).
Artiningrat dalam www.mantrahindu.com/tumpek-uduhwarigaatagbubuh-filosofi-tata-cara-dan-mantran
Published
2025-04-25
Section
Articles