TRANSFORMASI NILAI ETIKA DALAM UPACARA MENDEM SAWA PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA TRUNYAN KABUPATEN BANGLI
Transformasi, upacara mendem sawa, Bali Aga
Abstract
Tradisi di Desa Trunyan kebanyakan terefleksi dalam kegiatan yadnya. Yadnya ini akan dilandasi dengan keikhlasan tanpa pemrih. Tradisi yang ada di Desa Trunyan banyak memiliki perbedaan dengan desa lainnya. Tentu perbedaan semacam ini bukanlah terletak pada konsepsinya, melainkan hanya menyangkut dengan Desa, Kala, Patra. Salah satu yang akan dikaji dalam artikel ini yakni tradisi mendem sawa. Mendem sawa ada tiga cara yaitu pertama mendem sawa dengan cara tidak dikubur ini khusunya bagi orang Trunyan yang mati wajar, maka di pendem di sema wayah, kedua orang tersebut meninggal belum ketus gigi ini bisa dikatakan masih statusnya anak-anak, maka orang tersebut sawanya di kubur di sema nguda, ketiga ketika orang itu mati karena ulah pati, atau salah pati, baru orang tersebut sawanya dikubur di sema Bantas. Tradisi mendem sawa pada masyarakat Bali Aga inilah yang ada di Desa Terunyan mengalami transformasi nilai etika. Melihat perkembangan semakin maju dan didukung oleh pariwisata, tentu masyarakat trunyan biasa melakukat aktivitas ke kuburan Terunyan, sekaligus menjadi pemandu wisata.
References
Sudarsa, I Nengah, (2007). Dalam tesisnya yang berjudul†Kedudukan Dan Fungsi Prewayah Dalam Sisitim Pemerintahan Masyarakat Bali Aga Di Desa Adat Timbrah Karangasem. Universitas Hindu Indnesia (UNHI) Sanjaya, Putu. 2011. Filsafat Pendidikan Agama Hindu. Surabaya : Penerbit & Percetakan Paramita Swastika, I Dewa Gede. 2006. Murdha Citta Dalam Sarasehan Bidang Agama, Adat, dan Budaya. Denpasar : Badan Diklat Provinsi Bali. Tim Penyusun. 2005. Kamus Istilah Agama Hindu. Denpasar : Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama. Putra, I. Gst. Ag, 2003, Panca Yadnya, Pemerintah Propinsi Bali, Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama, Denpasar