BANTEN CARU DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT PENYALONARANGAN DI DESA INTARAN, KELURAHAN SANUR
Abstract
Kesenian wayang kulit penyalonarangan diidentikkan dengan pertunjukan yang berkesan mistis. Selain memiliki kesan mistik, pertunjukan wayang kulit penyalonarangan memiliki ciri khas lainnya yakni penggunaan banten caru sebagai komponen penting pementasannya. Hal inilah yang menjadi fenomena pementasan wayang kulit penyalonarangan di Desa Intaran. Peneliti akan mengkajinya dengan fokus pada bentuk dan fungsi banten caru dalam pementasan wayang kulit penyalonarangan di Desa Intaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif. Pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) bentuk banten caru dalam pementasan wayang kulit penyalonarangan di Desa Intaran meliputi: (a) jenis banten caru yakni caru eka sata ayam brumbun, (b) wujud fisik banten caru, (c) jejeroan dan segehan wong-wongan; (2) fungsi banten caru dalam pementasan wayang kulit penyalonarangan di Desa Intaran terdiri dari (a) sebagai sarana pengundangan dan penyomia, (b) sebagai sarana penjaga dalang.
References
Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dibia, I Wayan. 1999. Selandang Pandang Seni Pertunjukan Bali: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Dibia, I Wayan, 2012. Geliat Seni Pertunjukan Bali: Denpasar, Buku Arti.
Gina, 2011. “Simbolisme dan mistikisme Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa:. Skripsi. Denpasar: Jurusan Seni Pedalangan ISI Denpasar.
Gulon, 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia.
Wirawan, Komang Indra. 2019, Calonarang. Denpasar: Bali Wisdom.
Iqba, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Yogyakarta:PustakaPelajar Indonesia.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi I, Jakarta: Reneka Cipta.
Koentjaraningrat, 1997. Pengantar Ilmu Antropologi II. Jakarta: Reneka Cipta.
Maman, dkk. 2006. Metodelogi Penelitian Agama Teori dan Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Meleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Banduung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hidari. 1996. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Sudiana, I Gusti Ngurah. 2018. Caru Dalam Upacara Di Bali. Denpasar: IHDN PRESS.
Paramita, I Gusti Agung. 2020. Wajah Tuhan & Sifat Pemuja. Badung: Sarwa Tattwa Pustaka.
Pasek Swastika, I Ketut. 2009. Caru. Denpasar: CV, Kayumas Agung.
Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfa Beta.
Soekarto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Suastika, I Made. 2002. Dharma Pewayangan Studi Naskah yang dipakai dalam Profesi Tradisional Dalang di Bali. Denpasar: Program Magister Kajian Budaya Fakultas Sastra Unud.
Sudarsana, I.B. 2002. Bhuta Yadnya. Denpasar: Parisada Hindu Dharma Indonesia Denpasar.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Suprayoga dan Tambroni, 2001. Metodelogi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rusda Karya.
Suyanto dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagi Alternatif. Pendapatan, Jakarta: Pernanda Media.
Tim, 2009. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Denpasar: Fakultas Ilmu Agama Universitas Hindu Indonesia.
Titib, I Made. 2003. Teologi & Simdubur (bol)-Simdubur (bol) Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. 1997. Teori Tentang Simdubur (bol). Denpasar: Widya Darma Universitas Hindu Indonesia.
Utama, I Wayan Budi. 2019. Lokalisasi Tantra. Denpasar: PT. Japa Widya Duta bekerjasama dengan Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia.
Yendra, I Wayan. 2007. Kanda Empat Sari Sakti Tanpa Guru. Surabaya: Paramita.