PENYUPATAN SAPULEGER UNTUK ANAK KELAHIRAN WUKU WAYANG DI DESA CAHYOU RANDU LAMPUNG
Abstract
Kelahiran anak adalah fenomena menarik di Bali apalagi bila lahir pada hari yang dianggap keramat yaitu pada Wuku Wayang. Dalam keyakinan umat Hindu di Bali, anak yang lahir pada hari keramat tersebut patutlah diupacarai penyupatan (lukatan) yang disebut Sapuh Leger. Penyupatan tersebut dimaksudkan supaya anak yang diupacarai terhindar dari gangguan (buruan) Dewa Kala. Bayuh Oton Sapuh Leger adalah upacara pembersihan diri yang berfungsi sebagai pembersihan secara spiritual. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada anak yang baru berumur 7–10 tahun dengan tujuan agar pengaruh, derita dan celaka si anak dapat segera dinetralisir dan tidak terbawa sampai pada waktu dewasa nanti. Menariknya ritual penyupatan ini tidak hanya dilakukan oleh umat Hindu di Bali, melainkan juga umat Hindu di Desa Cahyou Randu Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Propinsi Lampung.
References
Brandon, J. (1967). Theatre in Southeast Asia. Massachusetts: Harvard University Press, Cambridge.
Creswell, J. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daeng, H. (1992). Pengantar Antropologi Seni, Diktat Kuliah Program Pasca Sarjana. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Dewi, K. (2020). Sapuh Leger Sifat Kelahitan Pada Wuku Wayang. Deskovi: Art And Design Journal, Volume 3, Nomor 2, Desember 2020. Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 116-121.
Dharmayudha, I., & dkk. (1991). Filsafat Adat Bali. Denpasar: Penerbit Upada Sastra.
Gerungan, W. (1967). Psychologi-Sosial. Bandung: Penerbit PT Eresco.
Gunawijaya, I. (2019). Makna Filosopis Upacara Metatah Dalam Lontar Eka Prathama. Vidya Darsan: Jurnal Mahaisswa Prodi Filsafat Hindu. STAHN Mpu Kuturan Singaraja Vol 1 No 1 November 2019, 78-86.
Holt, C. (1967). Art in Indonesia, Continuities and Change. New York: Cornell University Press.
Hooykaas. (1972). Kala in Java and Bali. Leiden: dalam India Mayor, Volume peringatan yang disajikan kepada J. Gonda, kemudian diedit oleh J. Ensink dan P. Gaeffke, Brill.
Hooykaas. (1973). Kama and Kala, Material for The Study of Shadow Theatre in Bali. Amsterdam: North-Holland Publising Company.
Juliawan, I. (2020). Mitologi Pementasan Wayang Sapuh Leger Dalam Estetika Hindu. Widyacarya Volume 4, No 2 September 2020, 78.
Kawen, W. (1974). Penjelesan Singkat Wayang Lemah, dalam Serba Neka Wayang Kulit Bali. Denpasar: Majelis Pertimbangan Seni dan Budaya (LISTIBYA), Derah Bali.
Keeler, W. (1992, October). Release from Kala`s Grip: Ritual Uses of Shadow Plays in Jawa and Bali. Majalah Indonesia, Perspective on Bali No. 54 (October), Cornell Southeast Asia Program.
Lech, E. (1976). Culture and Comunication, the Logic by Which Symbols are Connected. Gambridge: Cambridge University Press.
Listibya. (1974). Lontar Kidung Sapuh Leger. Denpasar: Bali, Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Daerah Bali.
Mangkunagoro VII, K. (1957). On The Wayang Kulit (Purwa) and its Symbolic and Mystical Elements. New York: diterjemahkan oleh Claire Holt, Corneel.
Marajaya, I., & Hendro, D. (2021). Makna Ruwatan Wayang Cupak Dalang I Wayan Suaji. Mudra: Jurnal Seni Budaya Volume 36, Nomor 1, fEBRUARI 2021, 63-74.
Mas Putra, I. (1987). Upacara Manusa Yadnya, Cetakan III. Jakarta.
Oktaviana, D. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Upacara Wetonan Pada Masyarakat Hindu Etnis Jawa. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 3 No 2 (2020), 319-332.
Pigeaud, T. (1924). De Tantu Panggelaran, Een Oud-Javaansch Prozageschrift, uitgegeven, vertaald en toegelicht,`s-Gravenhage. Nederl: Boek en Steen-drukkerij, voorheen H.L. Smits.