ADAPTASI KEBIASAAN BARU DALAM AKTIVITAS KEAGAMAAN UMAT HINDU DI KOTA DENPASAR DI TENGAH PANDEMI COVID 19
Abstract
Penelitian ini akan fokus pada bentuk adaptasi kebiasaan baru dalam aktivitas keagamaan umat Hindu di Kota Denpasar dalam menghadapi pandemi Corona Virus Disease (Covid 19) khususnya di dua tempat yakni Desa Pedungan dan Kesiman. Seperti diketahui, sejak Indonesia diserang pandemi Covid 19, khususnya di Bali, ada perubahan pola aktivitas sosial, budaya dan agama. Protokol kesehatan yang mengharuskan menerapkan social distancing, menggunakan masker, dan pembatasan berkumpulnya masyarakat, sangatlah berbanding terbalik dengan ciri khas pelaksanaan aktivitas keagamaan di Bali yang melibatkan banyak orang dan dilaksanakan secara kolektif. Ciri kolektif dari kebudayaan dan pelaksanaan aktivitas keagamaan di Bali dan Kota Denpasar pada khususnya saat ini mesti beradaptasi dengan kebiasaan baru akibat pandemi Covid 19. Salah satu bentuk adaptasi kebiasaan baru yakni melaksanakan aktivitas keagamaan secara ngubeng untuk menghindari konsentrasi jemaat atau pamedek di Pura—tempat suci agama Hindu di Bali. Ngubeng adalah salah satu pelaksanaan upacara umat Hindu yang dilakukan jauh dari lokasi pelaksanaan upacara. Selain ngubeng, bentuk adaptasi yang lain yakni mengatur jumlah peserta upacara agama, dan memanajemen waktu pelaksanaan upacara agama. Pada pelaksanaannya, adaptasi kebiasaan baru belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat, karena di tingkat bawah masih ada dinamika dan ketegangan, seperti yang terjadi di Desa Pedungan Denpasar.